Pengantar Filasafat
Sabtu, 04 Agustus 2012
Jumat, 03 Agustus 2012
FILSAFAT ILMU
PENGANTAR FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia,
yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai
kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang
berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang
berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut
lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai
"cinta kearifan".'
'Pythagoras
(572-497 SM) adalah orang pertama yang menggunakan istilah philosophia. Ketika
ditanya apakah ia orang yang arif, Phitagoras menyebut dirinya philosophos yang
berarti pencinta kearifan
Menurut pengertian yang lazim berlaku di Timur
(Tiongkok atau di India),
seseorang disebut filosof bila dia telah mendapatkan atau telah meraih
kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian yang lazim berlaku di Barat, kata
"mencintai" tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu yang disebut
filosof atau "orang bijaksana" mempunyai pengertian yang berbeda
dengan pengertian di Timur.
A.
Konsep Plato
Plato' memberikan istilah dengan dialektika yang berarti seni
berdiskusi. Dikatakan demikian karena, filsafat harus berlangsung sebagai upaya
memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku. Kearifan atau pengertian
intelektual yang diperoleh lewat proses pemeriksaan secara kritis ataupun
dengan berdiskusi. Juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat
dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena seorang filosof akan selalu
mencari sebabsebab dan asas-asas yang penghabisan (terakhir) dari benda-benda.
B.
Konsep Cicero
Cicero3 menyebutnya sebagai "ibu dari semua seni" (the
mother of all the arts). Juga sebagai arts vitae yaitu filsafat
sebagai seni kehidupan.
C.
Konsep al-Farabi
Menurut al-Farabi,4 filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki hakikat
Seorang filosof Yunani Kuno sesudah Sokrates, sekaligus sebagai muridnya.
Ahli pikir Romawi yang konsep filsafatnya mempengaruhi zaman Renaissance
untuk kalangan orang-orang terpelajar.
'Al-Farabi (870-950), nama lengkapnya: Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin
Tarkhan. Sebutan "AI-Farabi" diambil dari nama kota di mana ia
dilahirkan, yaitu kota Farab. Sejak kecil ia telah menunjukkan kecerdasan yang
luar biasa terutama dalam bahasa.
yang sebenarnya dari segala yang ada (al-ilmu bil-maujudat bi ma hiya
al-maujudat).
D.
Konsep Rene Descartes
Menurut Rene Descartes,' filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan,
di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
E.
Konsep Francis Bacon
Menurut Francis Bacon,' filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu,
dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
F.
Konsep John Dewey
Sebagai tokoh pragmatisme, John Dewey' berpendapat
bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan
manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi
yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan
cita-cita politik yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui.
Tegasnya, filsafat.
Rene Descartes (1596-1650), seorang sarjana dan ahli ilmu pasti terkemuka
dan sebagai bapak filosof modern. Lahir di La Haye, Prancis Tengah, tanggal 31
Maret 1596. Kabarnya, ia senang berjudi clan selalu bernasib baik karena
tebakannya didasarkan pada perhitungan matematik.
'Francis Bacon (1561-1626), anak Nicolas Bacon,
menjadi anggota Parlemen umur 23 tahun.
'Ia lahir
pada tanggal 20 Oktober 1859 di Burlington, Vermont, Amerika. Awal kariernya
sebagai dosen di Universitas Michigan. Pada tahun 1894 ia pindah ke Universitas
Chicago, sebagai guru besar filsafat. Dalam tulisannya yang terlenal, My
Paedagogic Creed (1897), ia mengatakan bahwa pendidikan adalah kehidupan
dan bukan persiapan untuk hidup.
a.
Filsafat Sebagai Ilmu
Dikatakan filsafat sebagai ilmu9 karena di dalam pengertian filsafat
mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu bagaimanakah, mengapakah, ke
manakah, dan apakah.
Ø
bagaimana menanyakan sifat-sifat yang
dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra. Jawaban atau pengetahuan yang
diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran).
Ø
mengapa menanyakan tentang sebab (asal
mula) suatu objek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat
kausalitas (sebab akibat).
Ø
ke mana menanyakan apa yang terjadi di
masa lampau, masa sekarang, clan masa yang akan datang. Jawaban yang diperoleh
ada tiga jenis pengetahuan
Ø
apakah yang menanyakan tentang hakikat
atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan
tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban
atau pengetahuan yang diperolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang
sifatnya sangat umum, universal, abstrak.
b.
Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat
mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global/menyeluruh, atau berpikir
yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemi.
Ha1 ini merupakan bentuk
penyimpulan Aristoteles yang dikenal dengan nama silogisme (penyimpulan
deduktio. Untuk memperoleh pengetahuan tentang hakikat sesuatu orang harus
menghilangkan aksidensinya (hal-hal/sifat-sifat yang melekat secara kebetulan),
yaitu: kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan, status, aksi, pasi.
Juga, dikenal sebagai 10 kategori Aristoteles.
kiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan.?' Berpikir
yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat clan benar
serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
v
Harus sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola
pengetahuan yang rasional.: Sistematis adalah masing-masing unsur saling
berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
Sistematika pemikiran seorang filosof banyak dipengaruhi oleh keadaan dirinya,
lingkungan, zamannya, pendidikan, dan sistem pemikiran yang mempengaruhi.
v
Harus
konsepsional
Secara umum istilah konsepsional berkaitan dengan ide (gambar) atau
gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual.,
Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan riilnya. Sehingga
maksud dari 'konsepsional' tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan
yang terkonsepsi (jelas). Karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir
tentang hal clan prosesnya.
v
Harus koheren
Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh
mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain.,Koheren atau runtut
di dalamnya memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya, apabila suatu uraian
yang di dalamnya tidak memuat kebenaran logis, uraian tersebut dikatakan
sebagai uraian yang tidak koheren/runtut.
"Misalnya, masalah kenakalan remaja tidak boleh
dipandang dengan satu disiplin ilmu saja, tetapi beberapa disiplin ilmu: ilmu
agama, ilmu hukum, ilmu antropologi, ilmu genetika dan lain-lainnya.
d. Harus rasional
Maksud rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan
secara logisr Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang
logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah berpikir
(logika).
e. Harus
sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran filsafat
harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
f. Harus mengarah kepada pandangan
dunia.
Maksudnya adalah pemikiran filsafat sebagai upaya
untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan
(hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal
yang berada di dalamnya (dunia)./
Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan sebagai pandangan hidupiz karena filsafat
pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk
individu, makhluk sosial clan makhluk Tuhan) a Hal ini berarti bahwa filsafat
mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan
hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri
dari jiwa clan raga). Manusia secara total (menyeluruh) clan sentral di
dalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat
sebagai berikut.
a. Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan
filsafat biologi.
"Theodore
Bramelt mengatakan bahwa filsafat sebagai usaha yang kokoh dari orang biasa
maupun orang cerdik pandai untuk membuat hidup sedapat mungkin dapat dipahami
dan mengandung makna. J.A. Leighton juga mengatakan bahwa filsafat yang lengkap
mencakup suatu pandangan (hidup) dunia atau konsepsi yang beralasan mengenai
seluruh kosmos, dan suatu pandangan hidup atau ajaran tentang nilai-nilai,
makna-makna, dan tujuan-tujuan dari hidup manusia. Lihat The Liang Gie, op. cit.,
him. 8.
c. Manusia dengan unsur monodualismenya (kesatuan
jiwa dan
raganya) dapat melahirkan filsafat antropologi.
d. Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan
dapat
melahirkan filsafat ketuhanan.
e. Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial
dapat melahirkan filsafat sosial.
f. Manusia
sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir (logika).
Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik
dan buruk dapat melahirkan filsafat tingkah laku (etika).
h. Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan
filsafat psikologi.
i. Manusia
dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
Manusia dengan dan sebagai warga negara dapat
melahirkan filsafat negara.
k. Manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap
supernatural
dapat melahirkan filsafat agama.,
Filsafat sebagai pandangan hidup (Weltsanschaung) merupakan
suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga
dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam
hidupnya.
Pandangan hidupnya itu akan tercermin di dalam sikap
hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut akan muncul apabila manusia
mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.
B. Objek Materi dan Objek Forma Filsafat
Semua ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek materi
dan objek forma.
Yang disebut objek materi adalah hal atau bahan yang
diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Sedangkan objek forma
adalah sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut
dipandang.
Misalnya, ilmu alam objek formanya perubahan dan
bangun benda. Ilmu kimia objek formanya susunan benda.; Ilmu gaya objek
formanya kekuatan dan gerak benda. Sehingga ketiga ilmu tersebut di atas
mempunyai objek forma yang berbeda, akan tetapi ketiga ilmu tersebut mempunyai
objek materi yang sama yaitu benda.
Bagaimana dengan objek materi dan objek formanya
filsafat? Objek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada. "Ada"
di sini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran,
dan kemungkinan, sedangkan objek forma filsafat
adalah menyeluruh secara umum. Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam
memandangnya dapat mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satu pun yang
berada di luar jangkauan pembahasan filsafat. Umum di sini berarti bahwa dalam
hal tertentu, hal tersebut dianggap benar selama tidak merugikan kedudukan
filsafat sebagai ilmu.
- Menurut Ir. Poedjawijatna, objek materi filsafat
adalah ada dan yang mungkin ada. Objek materi filsafat tersebut sama dengan
objek materi dari ilmu seluruhnya. Yang menentukan perbedaan ilmu yang satu
dengan yang lainnya adalah objek formanya, sehingga, kalau ilmu membatasi diri
dan berhenti pada dan berdasarkan pengalaman, sedangkan filsafat tidak
membatasi diri, filsafat hendak mencari keterangan yang sedalam-dalamnya,
inilah objek forma filsafat.,/
C. Ciri-ciri Pemikiran Filsafat
Menurut
Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu
sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal.13
Sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi
adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau
berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran
filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problem yang terdapat beberapa ciri yang
dapat mencapai derajat pemikiran filsafat adalah sebagai berikut.
1. Sangat umum atau universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat
umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi14 (the question tend to be
very of general problem of the highest degree of generality). Karena
pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi
bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia,
tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
2. Tidak faktual
Kata lain tidak faktual adalah spekulatif, yang
artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan
tidak berdasarkan pada bukti., Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal
batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari
dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa
pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk
dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
hal ini telah menjadi metode reflektif, yaitu
merumuskan tugas apa yang dari permulaan merupakan kreasi dan milik manusia
sendiri. Sifat dasar metode refleksi ialah empiris, analitis, clan juga
rasional dalam hal bahwa ia mengakui pengalaman sebagai bahan filsafat. Lihat
The Liang Gie, op. cit., hlm. 26-7.
"Herbert Spencer juga mengatakan bahwa filsafat
masih tepat untuk dipertahankan sebagai nama bagi pengetahuan mengenai
generalitas yang tingkatnya paling tinggi. Ini secara diam-diam dikuatkan oleh
tercakupnyaTuhan, alam, dan manusia dalam lingkupnya. Lihat The Liang Gie, op.
cit., hlm. 10.
3. Bersangkutan dengan nilai
C. J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan
usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian.
~ Yang dibicarakan dalam penilaian adalah tentang
yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai
suatu usaha untuk mempertahankan nilai~ Maka selanjutnya, dibentuklah sistem
nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya sebagai nilai sosial, nilai
keagamaan, nilai budaya, dan lainnya. Selanjutnya, Ducasse menyatakan bahwa
tugas filsafat dewasa ini memberikan patokan-patokan dan membicarakan
persoalan-persoalan moral yang disajikan kepada manusia oleh lingkungan
sosialnya.'s
4. Berkaitan dengan arti
Di atas telah dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan
dan dicari.' Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar
para filosof dalam mengungkapkan ide-idenya sarat dengan arti, para filosof
harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat
(ilmiah), semua itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy).
5. Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu
mengandung implikasi (akibat logis). Dari implikasi tersebut diharapkan akan
mampu melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang
dinamis: dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya ...
sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan
dapat menyuburkan intelektual.
''Curt John
Ducasse dalam bukunya, Philosophy as a Science (1941), sebagaimana
dikutip The Liang Gie, op. cit., hlm. 11 dan 67, menyatakan: Kata
"nilai" dalam etika tradisional diartikan sebagai baik dan buruk.
Secara luas "nilai" adalah cita-cita dan citacita yang mutlak
terkenal dalam filsafar: hal yang benar, hal yang baik, hal yang indah.
Penyusunan menurut struktur secara menyeluruh dalam
bidang filsafat ini oleh The Liang Gie diharapkan akan membantu dalam rangka
menyusun kurikulum dan pengajaran filsafat di pendidikan tinggi di Indonesia,
agar dalam studi filsafat para lulusannya memiliki pengetahuan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik
paling tidak kita harus mempelajari lima bidang pokok, yaitu Metafisika,
Epistemologi, Logika, Etika, dan Sejarah Filsafat.
1. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat
suatu bagian dari persoalan filsafat yang:
a. membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling
universal; b. membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan (beyond
nature);
c. membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat
mendasar,
yang berada di luar pengalaman manusia (immediate
experience); d. berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehensif
tentang segala sesuatu;
e. membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan
akal
dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang
ke
1eLoc. cit.
Bab Satu: Pengantar Filsafat 15
merdekaan, wujud Tuhan, kehidupan setelah mati dan
lainnya.
Metafisika ini suatu cabang filsafat yang paling
sulit dipahami, terutama bagi pemuda belajar filsafat. Pada umumnya filosof
kontemporer yang orientasinya pada pengetahuan ilmiah, terhadap metafisika
lebih skeptis.
Epistemologi
Epistemologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang
secara umum membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran
pengetahuan. Persoalan epistemologi (teori pengetahuan) berkaitan erat dengan
persoalan metafisika. Bedanya, persoalan epistemologi berpusat pada apakah
yang ada, yang di dalamnya memuat:
problem asal pengetahuan (origin);
apakah sumber-sumber pengetahuan;
dari mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita
dapat mengetahui;
problem penampilan (appearance);
apakah yang menjadi karakteristik pengetahuan?;
adakah dunia riil di luar akal, apabila ada dapatkah
diketahui;
problem mencoba kebenaran (verification); apakah
pengetahuan kita itu benar;
bagaimana membedakan antara kebenaran dan kekeliruan;
3. Logika
Logika adalah
bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tatacara
penalaran yang betul (correct reasoning). Pada mulanya logika sebagai
pengetahuan rasional (episteme). Oleh Aristoteles logika disebutnya sebagai
analitika, yang kemudian dikembangkan oleh para ahli Abad Tengah yang disebut
logika tradisional. Mulai akhir abad ke-19, oleh George Boole logika
tradisional dikembangkan menjadi logika modern
sehingga dewasa ini logika telah menjadi bidang
pengetahuan yang amat luas yang tidak lagi semata-mata bersifat filsafati,
tetapi bercorak teknis dan ilmiah. Logika modern saat ini berkembang menjadi
logika perlambang, logika kewajiban, logika ganda-nilai, logika intuisionistik,
dan berbagai sistem logika tak baku.'
4. Etika
Etika atau filsafat perilaku sebagai satu cabang
filsafat yang membicarakan "tindakan" manusia, dengan penekanan yang
baik dan yang buruk. Terdapat dua hal permasalahan, yaitu yang menyangkut
"tindakan" dan "baik-buruk". Apabila permasalahan jatuh
pada "tindakan" maka etika disebut sebagai filsafat praktis;
sedangkan jatuh pada "baik-buruk" maka etika disebut "filsafat
normatif."
Dalam pemahaman "etika" sebagai pengetahuan
mengenai norma baik-buruk dalam tindakan mempunyai persoalan yang luas. Etika
yang demikian ini mempersoalkan tindakan manusia yang dianggap baik yang harus
dijalankan, dibedakan dengan tindakan buruk/jahat yang dianggap tidak
manusiawi. Sejalan dengan ini, etika berbeda dengan "agama" yang di
dalamnya juga memuat dan memberikan norma baik-buruk dalam tindakan manusia.
Pasalnya, etika menghandalkan pada rasio semata yang lepas dari sumber wahyu
agama yang dijadikan sumber norma Ilahi, dan etika lebih cenderung bersifat
analitis daripada praktis. Dengan demikian, etika adalah ilmu yang bekerja
secara rasional.
Sementara dari kalangan nonfilsafat, etika sering
digunakan sebagai pola bertindak praktis (etika profesi), misalnya bagaimana
menjalankan bisnis yang bermoral (dalam etika bisnis)."
5. Sejarah.filsafat
Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang
berkaitan dengan pemikiran filsafat. Biasanya sejarah filsafat ini memuat
berbagai pemikiran kefilsafatan (yang beraneka ragam) mulai dari zaman pra
Yunani hingga zaman modern. Juga, dengan mengetahui pemikiran filsafat para
ahli pikir (filosof) ini akan didapat berbagai ragam pemikiran dari dahulu
hingga sekarang. Di dalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran-pemikiran
yang genius hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia, yaitu dengan
ide-ide/gagasan-gagasannya yang cemerlang.
E. Kedudukan Ilmu, Filsafat, dan Agama
Ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang
terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena ketiganya tidak
dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang
berada di dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga utama manusia adalah akal
pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat
mencapai kebahagiaan bagi dirinya.19
Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang
berkat akal pikiran manusia. Juga, agama dapat bergerak dan berkembang berkat
adanya keyakinan. Akan tetapi, ketiga alat dan tenaga utama tersebut tidak
dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat, dan agama apabila tidak didorong dan
dijalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga tersendiri yang terdapat
dalam diri manusia.
Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan
indra, dan filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni secara bebas dalam
penyelidikan terhadap kenyataan dan pengalaman terutama dikaitkan dengan
kehidupan manusia. Sedangkan agama mendasarkan pada otoritas wahyu. Harap
dibedakan agama yang berasal dari pertumbuhan dan perkembangan filsafat yang
mendasarkan pada konsep-konsep tentang kehidupan dunia, terutama konsep-konsep
tentang moral.
Menurut Prof. Nasroen, S.H., mengemukakan bahwa
filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama. Apabila filsafat tidak
berdasarkan pada agama dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan atas akal
pikir saja,21 filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif karena
yang memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikiran. Sementara itu,
kesanggupan akal pikiran terbatas sehingga filsafat yang hanya berdasarkan
pada akal pikir semata-mata akan tidak sanggup memberi kepuasan bagi manusia,
terutama dalam rangka pemahamannya terhadap Yang Gaib.
E Beberapa Kegunaan Mempelajari Filsafat
a. Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat
menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan
bertambah pula cakrawala pemikiran, cakrawala pandang
20J. H. Randall, Brand Blanshard, R. A. Abelson, J.E
Mora Harold Titus, dan C. H. Kaiser sependapat bahwa seni, ilmu, filsafat, dan
agama (keyakinan) merupakan empat unsur eksistensi manusia, sehingga manusia
dikatakan mempunyai eksistensi (hidup) apabila keempat hal tersebut berproses
dalam budi manusia. Lihat The Liang Gie, op. cit., hlm. 32-46.
21Nasroen, op. cit., hlm. 47.
yang semakin luas. Hal itu dapat membantu
penyelesaian masalah yang selalu kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.
b. Dasar semua tindakan adalah ide. Sesungguhnya
filsafat di dalamnya memuat ide-ide yang fundamental. Ide-ide itulah yang akan
membawa manusia ke arah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam
segala tindakannya, sehingga manusia akan dapat lebih hidup, lebih tanggap
(peka) terhadap diri dan lingkungannya, lebih sadar terhadap hak dan
kewajibannya.
c. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kita semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya. Di satu sisi
kita berhadapan dengan kemajuan teknologi beserta dampak negatifnya, perubahan
demikian cepatnya, pergeseran tata nilai, dan akhirnya kita akan semakin jauh
dari tata nilai dan moral. Di sisi lainnya, apabila kita tidak berani
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akhirnya kita akan menjadi
manusia "terbelakang". Untuk itu kita berusaha untuk mengejar
kemajuan tersebut dengan segala upaya. Dengan semakin jauhnya kita dengan tata
nilai dan moral, akibatnya banyak ilmuwan kehilangan bobot kebijaksanaannya.
Dengan demikian, apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi bersamaan
itu pula manusia kehilangan pendirian dan dihantui kebingungan dan keraguan
(skeptis). Tinggal menunggu malapetaka datang menghancurkan kehidupan manusia.
Mengingat
hal-hal tersebut di atas, kita sangat memerlukan suatu ilmu yang sifatnya
memberikan pengarahan (ilmu pengarahan) atau sence of direction. Dengan
ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang di dalamnya
memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia. Hanya
ilmu filsafatlah yang dapat diharapkan mampu memberi manusia suatu integrasi
dalam membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan untuk mengetahui
mana yang pantas kita tolak, mana yang pantas kita setujui, mana yang pantas
kita ambil sehingga dapat memberikan makna kehidupan.
Kegunaan filsafat ini sering muncul bagi para pemula
belajar filsafat. Masalah tersebut harus dituntaskan. Selagi masalah tersebut
masih berada dalam diri seorang yang sedang belajar filsafat, maka orang
tersebut akan selalu mendapatkan keraguan terhadap filsafat. Apakah filsafat
bermanfaat bagi saya?
Filsafat berguna bagi manusia apabila filsafat
tersebut memperlihatkan kemajuan yang positif bagi kehidupan manusia.
G. Metode-metode Filsafat
Bagaimana Seorang Filosof Bekerja?
Para ahli pikir (filosofl dalam melaksanakan
pekerjaannya tidak berbeda dengan cara bekerjanya sebuah pabrik. Bekerjanya
seorang ahli pikir (filoso fl adalah berpikir, yaitu mengadakan kegiatan kefilsafatan,
sedangkan bekerjanya sebuah pabrik menghasilkan proses produksi.
Kegiatan berpikir atau kegiatan kefilsafatan
sesungguhnya berupa "perenungan". Perenungan tersebut untuk menyusun
suatu bagan yang konsepsional, tidak boleh memuat pernyataan-pernyataan yang
sifatnya kontradiktif, hubungan bagian yang satu dengan yang lainnya harus
logis, dan harus mampu memberi penjelasan tentang pandangan dunia. Dengan kata
lain, kegiatan kefilsafatan berarti bagaimana seorang ahli pikir memulai
bekerja - proses bekerjanya - sampai pada suatu kesimpulan. Sebagai perangkat
berpikir adalah analisis dan sintesis. Dalam menganalisis dan mensintesis para
ahli pikir menggunakan alat pemikiran berupa logika, deduksi, analogi, dan
komparasi.
Analisis
Pengertian analisis dalam kegiatan filsafat adalah
rincian istilahistilah atau pernyataan-pernyataan dalam bagian-bagiannya
sehingga kita dapat melakukan pemeriksaan atas makna yang terkandung. Sebagai
contoh adalah perkataan "nyata" di bawah ini.
- Apakah sebuah meja itu sesuatu yang nyata? - Apakah
impian itu sesuatu yang nyata?
Maksud analisis adalah melakukan pemeriksaan secara
konsepsional terhadap makna clan istilah yang kita pergunakan dalam pernyataan
yang kita buat. Dengan analisis, kita akan memperoleh makna yang baru, dan
menguji istilah-istilah dengan berbagai contoh.
Sintesis
Sintesis sebagai upaya mencari kesatuan di dalam
keragaman. Maksudnya, mengumpulkan suatu pengetahuan yang dapat diperoleh.
Karena dalam menyusun sistem pemikiran seorang ahli pikir (filosof) mendasarkan
pikirannya pada sejumlah besar bahan yang dicari. Lebih banyak keterangan yang
diperoleh, hasilnya akan lebih baik dan lebih akurat.
Logika adalah ilmu pengetahuan tentang penyimpulan
yang lurus serta menguraikan tentang aturan-aturan/cara-cara untuk mencapai
kesimpulan dari premis-premis.
(Logika) induksi membicarakan penarikan kesimpulan
bukan dari pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan yang khusus.
Kesimpulannya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan yang telah
diajukan.
(Logika)
deduksi membicarakan cara untuk mencapai suatu kesimpulan dengan terlebih
dahulu mengajukan pernyataan mengenai semua/sejumlah di antara suatu kelompok
barang tertentu.
Analogi dan komparasi merupakan upaya untuk mencapai
suatu kesimpulan dengan menggantikan dengan apa yang kita coba untuk
membuktikannya dengan sesuatu yang serupa dengan hal tersebut. Menyimpulkan
kembali apa yang mengawali penalaran kita.
Dalam bidang filsafat terdapat beberapa metode.
Metode berasal dari kata meta-hodos, artinya menuju, melalui cara,
jalan. Metode sering diartikan sebagai jalan berpikir dalam bidang keilmuan.
Metode dalam bidang filsafat adalah sebagai berikut.
a. Metode Kritis, yaitu dengan menganalisis istilah
clan pendapat, dengan mengajukan pertanyaan secara terus-menerus sampai hakikat
yang ditanyakan.
b. Metode intuitif, yaitu dengan melakukan
introspeksi intuitif, dengan memakai simbol-simbol.
c. Metode analisis abstraksi, yaitu dengan jalan
memisah-misahkan atau menganalisis di dalam angan-angan (di dalam pikiran)
hingga sampai pada hakikat (ditemukan jawaban).
H. Sejarah Kelahiran Filsafat
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat
pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu)
pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).
Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di
lembah Sungai Nil (Mesir) dan Sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat,
tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian dengan menggunakan sepuluh jari.
Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia
itu, yang ternyata pembuatannya menerapkan geometri dan matematika, menunjukkan
cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat mengadakan
kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik
bintang, bulan, matahari sehingga dapat meramalkan
gerhana baik gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka
pakai dewasa ini disebut astronomi.
Di India dan Cina waktu itu telah ditemukan cara
pembuatan kertas dan kompas (sebagai penunjuk arah).
1. Masa Yunani
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya
sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di
daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah.
Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan
itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam
sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat
formalitas. Artinya, kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
Kepercayaan, yang bersifat formalitas (natural
religion) tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oleh
Homerus2z dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus.
Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat
edukatif. Sedemikian besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti
wayang purwa di Jawa. Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.
Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang
kepercayaannya bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan
pergeseran.
zzWaktu
Homerus melahirkan karyanya ± tahun 850 SM orang-orang pada saat itu masih
mempercayai dongeng-dongeng/mitos, sehingga pada saat itu logos (akal) tidak
berbicara. Baru sekitar abad VI SM mulai muncul para ahli pikir yang tidak puas
dengan dongeng-dongeng. Lihat Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Kanisius,
Yogyakarta, 1975, h1m. 14.
Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan
justru menyatu dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural
religious berubah menjadi sistem cultural religious.
Dalam sistem kepercayaan natural religious ini
manusia terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan
kultural religius ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya
dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapi dan
memecahkan berbagai misteri kehidupan/ alam dengan akal pikiran.
Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (±
625 - 545 SM) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika; Liokippos
dan Democritos mengembangkan teori materi; Hipocrates mengembangkan ilmu
kedokteran, Euclid mengembangkan geometri deduktif; Socrates mengembangkan
teori tentang moral; Plato mengembangkan teori tentang ide; Aristoteles
mengembangkan teori yang menyangkut dunia dan benda dan berhasil mengumpulkan
data 500 jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari
Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang
sampai sekarang masih dikenal.
Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat
konsep tentang asal mula alam walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep
tersebut. Akan tetapi, konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang
asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal usul serta sifat
kejadian-kejadian dalam alam semesta) sehingga konsep mereka sebagai mencari arche
(asal mula) alam semesta. Hal itu disebutnya sebagai filosof alam. Karena
arah pemikiran filsafatnya pada alam semesta, corak pemikirannya disebut kosmosentris.
Sementara itu, para ahli pikir, seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles yang
hidup pada masa Yunani Klasik arah pemikirannya pada manusia, maka corak
pemikiran filsafatnya disebut antroposentris. Hal ini disebabkan arah
pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai
subjek yang harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.
2. Masa Abad Pertengahan
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa.
Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan,
maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh
kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi
oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama,
sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan
dukungan dari Karel Agung,23 maka didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi
pelajaran gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan musik.
Keadaan yang demikian akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat
pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitasuniversitas dan ordo-ordo.
Dalam ordo-ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan
agama, seperti Anselmus (1033-1109), Abaelardus (1079-1143), Thomas Aquinas
(1225-1274).
Di kalangan para ahli pikir Islam (periode filsafat
Skolastik Islam) muncul: Al-Kindi, AI-Farabi, Ibnu Sina, Al-Gazali, Ibnu Bajah,
Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd. Periode Skolastik Islam ini berlangsung tahun 850-1200.
Pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesat. Akan tetapi, setelah jatuhnya 2'Karel Agung/Charlemagne
(Prancis), Carolus Magnus (Latin), Charles I(742814) menyerbu Italia untuk
membantu Paus terhadap Desiderius (774) menjadi raja di Lombardis; merebut
Spanyol Timur Laut dari tangan orang-orang Islam Arab (778); menaklukkan dan
mengkristenisasikan orang-orang Saxon. Tahun 800 menempatkan kembali Paus Leo
III di atas tahtanya, kemudian oleh Paus dinobatkan menjadi kaisar di Roma.
Lihat Pringgodigdo, (Ed.). Ensiklopedi Umum, Kanisius, Yogyakarta, 1972,
hlm. 214.
kerajaan Islam di Granada di Spanyol tahun 1492
mulailah kekuasaan politik Barat menjarah ke Timur.24 Suatu prestasi yang
paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang filsafat. Di
sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat Yunani, sebagaimana
yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Islam di Timur terhadap Eropa dengan
menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filosof Islam sendiri sebagian
menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Alquran benar. Mereka
mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Kemudian pikiran-pikiran
ini masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam yang paling besar, yang besar
pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat terutama dalam
bidang teologi dan ilmu pengetahuan alam25 Peralihan dari abad pertengahan ke
abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa peralihan (masa
transisi), yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme, yang berlangsung pada
abad 15-16. Munculnya Renaissance dan Humanisme inilah yang mengawali
masa abad modern. Mulai zaman modern inilah peranan ilmu alam kodrat sangat
menonjol sehingga akibatnya pemikiran filsafat semakin dianggap sebagai pelayan
teologi, yaitu sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran
mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.zb
"Di Spanyol terdapat dua universitas, yaitu:
Universitas Cordoba yang didirikan oleh Abdurrahman II tahun 788, dan
Universitas Granada yang didirikan oleh Khalifah Banu Nasr VII. Lihat Hasbulah
Bakry, Disekitar Filsafat Skolastik Islam, AB Sitti Syamsiyah, Sala,
1961, hlm. 105.
Dunia Kristen waktu itu sangat mengekang akal-pikir.
Segala penemuan ilmu pengetahuan yang tidak mendapatkan legalitas dari gereja
harus ditolak dan diberantas. Masuknya pikiran baru ke Eropa membuka masa
kegelapan, sehingga Eropa berkenalan dengan filsafat Yunani dan Islam yang
membawa ke arah kebebasan berpikir. Lihat Muslim Ishak, Tokoh-tokoh
Filsafat Islam dari Barat (Spanyot), Surabaya: Bina Ilmu, 1980, hlm. 7,
kutipan dari Romein Aera Eropa, 1956.
3. Masa Abad
Modern
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil
menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan
sehingga corak pemikirannya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya
mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman.
Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Renaissance
dan Humanisme sebagai awal masa abad modern di mana para ahli (filosof)
menjadi pelopor perkembangan filsafat (kalau pada masa abad pertengahan yang
menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Pemikiran
filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode
induksi secara modern, serta membuka sistematika yang sifatnya logis-ilmiah.
Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran
filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam
dengan menggunakan berbagai penemuan ilmiah. Karena semakin pesatnya orang
menggunakan metode induksi/ eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah,
akibatnya perkembangan pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan
ilmuilmu alam kodrat (natural sciences). Rene Descartes (1596-1650)
sebagai bapak filsafat modern yang berhasil melahirkan suatu konsep dari
perpaduan antara metode ilmu alam dengan ilmu pasti ke dalam pemikiran
filsafat. Upaya ini dimaksudkan, agar kebenaran dan kenyataan filsafat juga
sebagai kebenaran dan kenyataan yang jelas dan terang.
Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat
mengarah pada filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi
dengan upaya manusia, bagaimana cara/sarana apa yang dipakai untuk mencari
kebenaran dan kenyataan. Tokoh-tokohnya antara lain George Berkeley
(1685-1753), David Hume (1711-1776), Rousseau (1722-1778).
Di Jerman
muncul Christian Wolft (1679-1754) dan Immanuel Kant (1724-1804), yang
mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna,
yaitu dengan cara membentuk pengertian-pengertian yang jelas dan bukti yang
kuat.
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah
belah. Pemikiran filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian
tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika,
filsafat Prancis, filsafat Inggris, filsafat Jerman. Akhirnya, dengan munculnya
pemikiran filsafat yang bermacammacam ini, berakibat tidak terdapat lagi
pemikiran filsafat yang mendominasi. Giliran selanjutnya, lahirlah filsafat
Kontemporer atau filsafat dewasa ini.
4. Masa Abad
Dewasa Ini (Filsafat Abad ke-20)
Filsafat Dewasa Ini atau Filsafat Abad ke-20 juga
disebut Filsafat Kontemporer. Ciri khas pemikiran filsafat ini adalah
desentralisasi manusia karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian
yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.
Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah,
yaitu arti kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena
realitas sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah yang cara
pemakaiannya sering tidak dipikirkan secara mendalam sehingga menimbulkan
tafsir yang berbeda-beda (bermakna ganda). Maka, timbullah filsafat analitika,
yang di dalamnya membahas tentang cara berpikir untuk mengatur pemakaian
kata-kata/istilah-istilah yang menimbulkan kerancuan, sekaligus dapat
menunjukkan bahayabahaya yang terdapat di dalamnya. Karena bahasa sebagai
objek terpenting dalam pemikiran filsafat, para ahli pikir menyebutnya sebagai
logosentris.
Bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakah
yang hendak kita perbuat di dalam masyarakat dewasa ini.
Kemudian,
pada paruh pertama abad ke-20 ini timbul aliranaliran kefilsafatan, seperti
Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme, NeoHegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme,
Irasionalisme, Neo-Vitalisme, Spiritualisme, Neo-Positivisme. Aliran-aliran di
atas sampai sekarang tinggal sedikit yang masih bertahan. Sementara itu, pada
awal belahan akhir abad ke-20 muncul aliran-aliran kefilsafatan yang lebih
dapat memberikan corak pemikiran dewasa ini, seperti Filsafat Analitik,
Filsafat Eksistensi, Strukturalisme, Kritika Sosial.
FILSAFAT YUNANI
Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai
sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu
kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu
kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya
suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongengdongeng).
Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir
yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misted alam
semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian
ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk
menggunakan akal-pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya
para ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikirini menyebabkan
banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal
pikir secara murni. Maka, timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang
nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Berikut ini terdapat tiga faktor yang menjadikan
filsafat Yunani lahir.
a. Bangsa
Yunani yang kaya akan mitos (dongeng), di mana mitos dianggap sebagai awal dari
upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian
disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga
muncul mitos selektif clan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus, dan
lain-lain.
b. Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai
pendorong kelahiran filsafat Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang
sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.
c. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari
Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai Nil. Kemudian, berkat kemampuan dan
kecakapannya, ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya
tidak didasarkan pada aspek praktisnya saja, tetapi juga aspek teoretis kreatif
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos
digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat
lahir.
Pengertian filsafat pada saat itu masih berwujud ilmu
pengetahuan yang masih global, sehingga nantinya satu demi satu berkembang
clan memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Zaman Yunani terbagi menjadi dua periode, yaitu
periode Yunani Kuno dan periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh
ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes, dan Democritos).
Sedangkan pada periode Yunani Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates,
Plato, Aristoteles.
A. Yunani Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode
filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya
para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang
diamati di sekitarnya. Mereka membuat pernyataanpernyataan tentang gejala alam
yang bersifat filsafati (berdasarkan
akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka
mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal
dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia
Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang penuh nuansa dan ritue dan berusaha
mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.'
1. Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus
pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven
Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of
Philosophy,2 juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu
jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang
mempertanyakan asal mula, sifat dasar, clan struktur komposisi alam semesta.
Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis.
Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang
merupakan pokok soal fisika. la juga mengembangkan
astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar
karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari,
dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki sama besarnya. Dengan
demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the
father of deductive reasoning (bapak penalaran deduktif.
Dari pendapat itu dapat kita artikan bahwa apa yang
disebut sebagai arche (asas pertama dari alam semesta) adalah air.
Katanya, semua berasal dari air, dan semuanya kembali menjadi air. Bahwa bumi
terletak di atas air, clan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan
terapung di atasnya.
Dalam sejarah matematika, Thales dianggap sebagai
pelopor geometri abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir, yang
implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya
bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki adalah sama besarnya.
Walaupun pandangan-pandangan Thales banyak yang
kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih
sangat sederhana dengan menggunakan rasio (akal pikir).
2. Anaximandros (640-546 SM)
la adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat
dalam kesusasteraan Yunani, dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Jadi,
ia merupakan orang pertama yang membuat peta bumi 4 la berhasil memimpin
sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani.
Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche
(asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang
dapat diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk clan memilih pada sesuatu yang
tidak dapat diamati indra, yaitu to apeiron,s sebagai sesuatu yang
"Usahanya dalam bidang geografi dilanjutkan oleh
Herakleios, sewarga polis dengan dia.
tidak terbatas, abad sifatnya, tidak berubah-ubah,
ada pada segalagalanya, dan sesuatu yang paling dalam. Alasannya, apabila
tentang arche tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur, maka unsur
tersebut akan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya
sehingga tidak ada tempat bagi unsur yang berlawanan
6
Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder,
lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak terletak atau
bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada
pusat jagad raya. Pemikirannya ini harus kita pandang sebagai titik ajaran yang
mengherankan bagi orang-orang modern.
3. Pythagoras
Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau
Samos, Ionia. Tanggal clan tahunnya tidak diketahui secara pasti. la juga tidak meninggalkan
tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan
kesaksian-kesaksian. Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles Pythagoras
pindah ke kota Kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan
Polykrates yang bersifat tirani. Di kota ini ia mendirikan sekolah agama,
selama 20 tahun ia di Kroton, kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di
kota ini.'
Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah
bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan
matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number
rules the universe = bilangan memerintah jagat raya). la juga mengembangkan
pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan. Umpamanya, dikembangkannya
susunan bilangan-bilangan yang mempunyai bentuk geometris.
Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa
setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendirisendiri.
Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan
sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan
identik dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras
mengatakan bahwa Tuhan adalah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu
bilangan empat.
Pythagoraslah yang mengatakan pertama kali bahwa alam
semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis
seperti dalam musik. Keharmonisan dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal
yang berlawanan, seperti:- terbatas -
tak terbatas; ganjil - genap; satu - banyak; laki-laki - perempuan; bujur
sangkar - empat persegi panjang; diam - gerak; lurus - bengkok; baik - buruk;
terang - gelap; kanan - kiri.
8. Menurut Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya
hanya dimiliki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai
orang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya sebagai philosophos yaitu
pencipta kearifan. Istilah philosophos ini kemudian menjadi philosophia yang
terjemahannya secara harfiah adalah cinta kearifan atau kebijaksanaan. Sampai
sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan
sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan.
Sebagai seorang yang ahli matematika abadi ia dengan
dalilnya: jumlah dari luas dua sisi sebuah segi tiga siku-siku adalah sama
dengan luas sisi miringnya.
B. Yunani
Klasik
Pada periode Yunani Klasik ini perkembangan filsafat
menunjukkan kepesatan, yaitu ditandainya semakin besar minat orang terhadap
filsafat. Aliran yang mengawali periode Yunani Klasik ini adalah Sofisme.
Penamaan aliran Sofisme ini berasal dari kata sophos yang artinya cerdik
pandai. Keberadaan Sofisme ini dengan keahliannya dalam bidang-bidang bahasa,
politik, retorika, clan terutama memaparkan tentang kosmos dan kehidupan
manusia di masyarakat sehingga keberadaan Sofisme ini dapat membawa perubahan
budaya dan peradaban Athena.
Antara kaum
Sofis dengan Socrates mempunyai hubungan yang crat sekali. Di samping mereka
itu hidup sezaman, pokok permasalahan pemikiran mereka juga sama, yaitu
permasalahan Socrates bukan lagi jagat raya, tetapi manusia (Socrates telah
memindahkan filsafat dari langit ke bumi), sedangkan kaum Sofis juga memusatkan
perhatian pemikirannya kepada manusia. Bahkan Aristophanes menyebutkan
bahwa sesungguhnya Socrates termasuk kaum Sofis.
Perbedaan antara kaum Sofis dengan Socrates adalah bahwa pemikiran filsafat
Socrates sebagai suatu reaksi dan kritik terhadap pemikiran kaum Sofis.19
Kaum Sofis
Sofisme bukan merupakan suatu aliran atau ajaran,
tetapi lebih merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan
oleh pengaruh kepesatan minat orang terhadap filsafat.
Istilah Sofis yang berasal dari kata sophistes mempunyai
pengertian seorang sarjana atau cendekiawan. Di kemudian hari sebutan sofis
mempunyai pengertian yang kurang baik karena sofis diartikan sebagai
orang-orang yang pekerjaannya menipu dengan omongan besar, dengan memakai
alasan-alasan yang dibuatnya sehingga orang yang menjadi korbannya yakin dengan
apa yang dikatakan si sofis. Para sofis tersebut pekerjaannya berkeliling kota
untuk memberikan ajarannya dengan imbalan jasa atau uang.
Di atas telah disebutkan bahwa timbulnya kaum Sofis
karena akibat dari minat orang terhadap filsafat. Akan tetapi, terdapat tiga
faktor yang mendorong timbulnya kaum Sofis, yaitu sebagai berikut.
a. Perkembangan secara pesat kota Athena dalam bidang
politik dan ekonomi. Hal ini mengakibatkan kota Athena menjadi ramai, demikian
juga para ahli pikir atau kaum intelektual mengunjungi kota Athena. Dengan
demikian, Athena menjadi kota yang berkembang sangat pesat dalam bidang
intelektual maupun bidang kultural.
b. Setelah kota Athena mengalami keramaian
penduduknya yang bertempat tinggal, maka kebutuhan dalam bidang pendidikan
tidak terelakkan lagi karena desakan kaum intelektual. Lebih-lebih
19Brouwer, op. cit., hlm. 18.
kota Athena sebagai pusat politik sehingga peranan
pendidikan sangat penting untuk mendidik kaum mudanya. Kaum Sofis mendidik
kaum mudanya sebagai upaya untuk melanjutkan pendidikan dasar yang telah ada.
Pendidikan yang diupayakan adalah matematika, astronomi, bahasa yang penting
untuk mendidik kaum muda dalam keterampilan berdebat dan percaturan politik.
Dengan demikian, kaum Sofis mempunyai jasa yang besar dalam bidang retorika
(tata bahasa) atau ilmu keahlian berpidato.
c. Karena pemukiman perkotaan bangsa Yunani biasanya
terletak di pantai, kontak dan pergaulan dengan bangsa lain tidak dapat
dihindari lagi. Akibatnya, orang-orang Yunani banyak mengenal berbagai
kebudayaan, dan sekaligus terjadi akulturasi kebudayaan. Sehingga, dengan
terbukanya masyarakat Yunani terhadap budaya luar akan membuat orang-orang
Yunani menjadi dinamis dan berkembang.
Salah satu tokoh Sofisme adalah Gorgias (480 - 380
SM). Gorgias inilah tokoh Sofisme yang paling banyak muridnya, walaupun masih
banyak lagi tokoh yang kecil, misalnya Hippias, Prodikos, dan Kritias.
Gorgias (480 - 380 SM)
la lahir di Leontinoi, Sicilia. Namanya menjadi
terkenal karena ajarannya dalam bidang retorika atau seni berpidato, dan memang
ia sangat pandai berdebat.
Menurut pendapatnya, yang penting adalah bagaimana
dapat mcyakinkan orang lain agar menerima pendapat kita. Dengan demikian,
dalam berdebat bukan mencari kebenaran, tetapi bagaimana mcrnenangkan
perdebatan. Pemikirannya yang penting adalah:mencari keterangan tentang asal
usul yang ada;11
Bagaimana peran manusia sebagai makhluk yang
mempunyai sifat untuk menentukan sikap hidupnya;
c. norma yang sifatnya umum tidak ada, yang ada norma
yang individualistis (subjektivisme);
d. bahwa kebenaran tidak dapat diketahui sehingga ia
termasuk penganut Skeptisisme.
Dari pendapat beberapa orang terhadap aliran Sofisme
terdapat perbedaan, yaitu ada yang menganggap bahwa aliran Sofisme sebagai
aliran yang merusak dunia filsafat. Juga sebaliknya, yaitu mengajarkan kepada
orang agar kita dapat berpikir secara kritis, (ini tidak dapat kita tiru)
mencari kelemahan-kelemahan yang sifatnya destruktif agar kita memenangkan
perdebatan.
Aspek positif dari adanya aliran Sofisme ini akan
mempengaruhi terhadap kebudayaan Yunani, yaitu suatu revolusi intelektual, dan
mengangkat manusia sebagai objek pemikiran filsafat. Hal ini akan mempengaruhi
pemikiran Socrates serta pelopor bagi pendidikan bagi para pemuda secara
sistematis. Aspek negatifnya, aliran Sofisme membawa pengaruh yang tidak baik
terhadap kebudayaan Yunani, terutama nilai-nilai tradisional (agama dan moral)
dihancurkan. Kecakapan berpidato dipergunakan untuk memutarbalikkan kebenaran
karena Sofisme meragukan kebenaran dan ilmu pengetahuan
digoncangkan.20
Hal terpenting dengan munculnya Sofisme ini adalah
mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka menyiapkan kelahiran
pemikiran filsafat Yunani Klasik yang dipelopori Socrates, Plato; dan
Aristoteles.
"Ibid., hlm. 22.
1. Socrates (469 - 399)
Mengenai riwayat Socrates tidak banyak diketahui,
tetapi sebagai sumber utama keterangan tentang dirinya dapat diperoleh dari
tulisan Aristophanes, Xenophon, Plato, dan Aristoteles. la sendiri tidak meninggalkan
tulisan, sedangkan keterangan tentang dirinya didapat dari para muridnya. Orang
yang paling banyak menulis tentang Socrates adalah Plato yang berupa
dialog-dialog.
la anak seorang pemahat Sophroniscos, dan ibunya
bernama Phairnarete, yang pekerjaannya seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe
yang dikenal sebagai seorang yang judes (galak dan keras). la berasal
dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan pendidikan yang baik, kemudian
menjadi prajurit Athena. la terkenal sebagai prajurit yang gagah berani.
Karena ia tidak suka terhadap urusan politik, maka ia lebih senang memusatkan
perhatiannya kepada filsafat, yang akhirnya ia dalam keadaan miskin.
Seperti halnya kaum Sofis, Socrates mengarahkan
perhatiannya kepada manusia sebagai objek pemikiran filsafatnya. Berbeda dengan
kaum Sofis, yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu memungut bayaran,
tetapi Socrates tidak memungut bayaran kepada murid-muridnya. Maka, ia kemudian
oleh kaum Sofis sendiri dituduh memberikan ajaran barunya, merusak moral para
pemuda, dan menentang kepercayaan negara. Kemudian ia ditangkap dan akhirnya
dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yaitu pada tahun 399 SM.
Pembelaan Socrates atas tuduhan tersebut telah ditulis olch Plato dalam
karangannya: Apologia.
Sejak muda
Socrates telah terlihat sifat kebijaksanaannya, karena selain ia cerdas juga
pada setiap perilakunya dituntun oleh suara batin (daimon) yang selalu
membisikkan dan menuntun ke arah keutamaan moral. Cara memberikan pelajaran
kepada para muridnya dengan dialog (tanya jawab), yang bertujuan untuk mengupas
kebenaran
semu yang selalu menyelimuti para muridnya. Kebenaran
semu tersebut muncul karena ketidaktahuan para muridnya tentang hal-hal
tertentu. Dengan cara dialog pengetahuan semu akan terdobrak sehingga mampu
keluar dan melahirkan pengetahuan yang sejati.
Peran Socrates dalam mendobrak pengetahuan semu itu
meniru pekerjaan ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahiran
bayi, akan tetapi ia berperan sebagai bidan pengetahuan. Teknik dalam upaya
menolong kelahiran (bayi) pengetahuan itu disebut majeutike (kebidanan)
yaitu dengan cara mengamat-amati hal-hal yang konkret dan yang beragam coraknya
tetapi pada jenis yang sama. Kemudian unsur-unsur yang berbeda dihilangkan
sehingga tinggallah unsur yang sama dan bersifat umum, itulah pengetahuan
sejati.
Pengetahuan sejati atau pengertian sejati sangat
penting dalam mencapai keutamaan moral. Barangsiapa yang mempunyai pengertian
sejati berarti memiliki kebajikan (arete) atau keutamaan moral berarti
pula memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia.')
Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk
menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai
jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan
keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.
2. Plato (427 - 347 SM)
Plato adalah pengikut Socrates yang taat di antara
para pengikutnya yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli
pikir juga dikenal sebagai sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak,
sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperolehnya secara cukup.21
')Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1,
Kanisius, Yogyakarta, hlm. 37. 21Dalam karyanya, Apologia. Plato
memberikan pembelaan Socrates di pengadilan. Karya-karyanya yang lain: Kriton,
Protagoras, Gorgias, Menon, Kratylos, Symposian, Phaidan,
la lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. la
belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos, dan Elia, akan tetapi
ajarannya yang paling besar pengaruhnya adalah dari nama Ariston dan ibunya
bernama Periktione. Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan keluarga
bangsawan ia mendapatkan pendidikan yang baik dari seorang bangsawan, bernama
Pyrilampes. Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian menjadi
gurunya selama 8 tahun.
Pada usia 40 tahun ia mengunjungi Italia dan Sicilia,
untuk belajar ajaran Pythagoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah:
Akademia. Sekolah tersebut dinamakan Akademis, karena berdekatan dengan kuil
Akademos seorang pahlawan Athena. la memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun. la memberikan pengajaran secara baik
dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama bagi orangorang yang akan
menjadi politikus.
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba
menyelesaikan permasalahan lama: mana yang benar yang berubah-ubah
(Heracleitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang benar antara pengetahuan
yang lewat indra dengan pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan yang diperoleh
lewat indra dise-butnya pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman.
Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal.
Pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap atau
berubah-ubah, sedangkan pengetahuan akal bersifat tetap atau tidak
berubah-ubah.
Sebagai contoh, terdapat banyak segitiga yang
bentuknya berlainlainan menurut pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman,
tetapi dalam ide atau pikiran bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap,
dan ini menurut pengetahuan akal.
I'olitca, Phaidros, clan Politikus. Plato
memberikan komentarnya bahwa Socrates adalah .,vorang yang paling baik, paling
bijaksana, paling jujuz dan merupakan manusia yang paling adil dad seluruh
zamannya.
Sebagai penyelesaian persoalan yang dihadapi Plato
tersebut di atas, ia menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam
dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap, bermacam-macam
dan berubah serta dunia ide yang bersifat tetap, hanya satu macam, dan tidak
berubah. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang dari dunia ide sedangkan
dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya, yaitu dunia realitas. Dunia inilah
yang menjadi "model" dunia pengalaman. Dengan demikian, dunia yang
sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah dunia ide.
Jadi, Plato, dengan ajarannya tentang ide, berhasil
menjembatani pertentangan pendapat antara Herakleitos dan Parmenides. Plato
mengemukakan bahwa ajaran dan pemikiran Herakleitos itu benar, tetapi hanya
berlaku pada dunia pengalaman. Sebaliknya, pendapat Parmenides juga benar,
tetapi hanya berlaku pada dunia ide yang hanya dapat dipikirkan oleh akal.
Dibandingkan dengan gurunya, Socrates, Plato telah
maju selangkah dalam pemikirannya. Socrates baru sampai pada pemikiran tentang
sesuatu yang umum dan merupakan hakikat suatu realitas, tetapi Plato telah
mengembangkannya dengan pemikiran bahwa hakikat suatu realitas itu bukan
"yang umum", tetapi yang mempunyai kenyataan yang terpisah dari
sesuatu yang berada secara konkret, yaitu ide. Dunia ide inilah yang hanya
dapat dipikirkan dan diketahui oleh akal.zz
Pemikirannya tentang Tuhan, Plato mengemukakan bahwa
terdapat beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas apabila tidak
mengetahuinya. Masalah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.
b. Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat
oleh manusia.
c. Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara negatif,
tidak ada ayat, tidak ada anak dan lain-lain.
d. Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari tidak
mempunyai peraturan menjadi mempunyai peraturan.
Sebagai puncak pemikiran filsafat Plato adalah
pemikirannya tentang negara, yang tertera dalam Polites clan Nomoi.
Pemikirannya tentang negara ini sebagai upaya Plato untuk memperbaiki keadaan
negara yang dirasakan buruk.
Konsepnya tentang negara di dalamnya terkait etika
dan teorinya tentang negara. Konsepnya tentang etika sama seperti Socrates,
yaitu bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau
well-being). Akan tetapi, untuk hidup yang baik tidak mungkin dilakukan
tanpa di dalam polis (negara). Alasannya, karena manusia menurut kodratnya
merupakan makhluk sosial dan kodratnya di dalam polis (negara). Maka, untuk
hidup yang baik, dituntut adanya negara yang baik. Sebaliknya, polis (negara)
yang jelek atau buruk tidak mungkin menjadikan para warganya hidup dengan baik.
Menurut Plato, di dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan berikut.
a. Golongan yang tertinggi, terdiri dari orang-orang
yang memerintah (para penjaga, para filsuf).
Golongan pembantu, terdiri dari para prajurit, yang
bertugas untuk menjaga keamanan negara clan menjaga ketaatan para warganya.
c. Golongan
rakyat biasa, terdiri dari petani, pedagang, tukang, yang bertugas untuk
memikul ekonomi negara (polis).z3
Tugas
negarawan adalah mencipta keselarasan antara semua keahlian dalam negara (polis)
sehingga mewujudkan keseluruhan yang harmonis. Bentuk pemerintahan harus
disesuaikan dengan keadaan yang nyata.
Apabila suatu negara telah mempunyai Undang-Undang
Dasar, bentuk pemerintahan yang paling tepat adalah monarki. Bentuk
pemerintahan yang aristokrasi dianggap kurang tepat dan sedangkan bentuk
pemerintahan yang terburuk adalah demokrasi. Sementara itu, apabila suatu
negara belum mempunyai Undang-Undang Dasar, bentuk pemerintahan yang paling
tepat adalah demokrasi, dan yang paling buruk adalah monarki. Konsep tentang
negara ini tertera dalam Politeia (Tata negara).z4
3. Aristoteles (384 - 322 SM)
Ia dilahirkan di Stageira, Yunani Utara pada tahun
384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena
hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan
empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar di
Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama
ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.
Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama
rekannya Xenokrates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat
pengganti Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, Aristoteles dan
rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini Aristoteles menikah dengan
Pythias. Pada tahun 345 SM kota Assos diserang oleh tentara Parsi, rajanya (rekan
Aristoteles) dibunuh, kemudian Aristoteles dengan kawan-kawannya melarikan diri
ke Mytilene di pulau Lesbos tidak jauh dari Assos.
24Bertens, op. cit., hlm. 114 - 23.
Tahun 342 SM Aristoteles diundang raja Philippos dari
Macedonia untuk mendidik anaknya Alexander. Dengan bantuan raja Aristoteles
mendirikan sekolah Lykeion.
Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok
bahasan sebagai berikut.
a. Logika,
terdiri dari:
Categoriac (kategori-kategori),
De interpretatione (perihal penafsiran),
Analytics Priora (analitika logika yang lebih
dahulu), Analytica Posteriora (analitika logika yang kemudian),
Topica,
De Sophistics Elenchis (tentang cara
berargumentasi kaum Sofis).
b. Filsafat
Alam, terdiri dari:
Phisica,
De caelo (perihal langit),
De generatione et corruptione (tentang
timbul-hilangnya makhluk-makhluk jasmani),
Meteorologica (ajaran tentang badan-badan
jagad raya).
c. Psikologi,
terdiri dari:
De anima (perihal jiwa),
Parva naturalia (karangan-karangan kecil
tentang pokokpokok alamiah).
d. Biologi,
terdiri dari:
De partibus animalium (perihal bagian-bagian
binatang) De mutu animalium (perihal gerak binatang) De incessu
animalium (tentang binatang yang berjalan)
De generatione animalium (perihal kejadian
binatang-binatang)
c. Metafisika,
oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama
atau theologia. f. Etika,
terdiri dari:
- Ethica
Nicomachea,
- Magna
moralia (karangan besar tentang moral),
- Ethica
Eudemia.
Politik dan ekonomi, terdiri dari:
g.
- Politics,
- Economics.
h. Retorika dan poetika, terdiri dari:
Rhetorica, Poetica.z5
Berikut ini akan kami uraikan tentang beberapa
pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:
a. ajarannya
tentang logika;
b. ajarannya
tentang sillogisme;
c. ajarannya tentang pengelompokan ilmu pengetahuan;
d. ajarannya tentang potensia dan dinamika;
e. ajarannya
tentang pengenalan;
f. ajarannya
tentang etika;
ajarannya tentang negara.
ad. a. Ajarannya tentang Logika
Logika tidak dipakai oleh Aristoteles, ia memakai
istilah analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad pertama Masehi
oleh Cicero, artinya seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisias (Abad III
Masehi) orang pertama yang memakai kata logika yang artinya ilmu yang
menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Menurut Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan
bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian
memuat dua golongan, yaitu substansi (sebagai sifat yang umum),
dan aksidensia (sebagai sifat yang
secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh
macam kategori, yaitu: 1) substansi (mis. manusia, binatang); 2) kuantitas (dua, tiga);
3) kualitas (merah, baik);
4) relasi (rangkap, separuh);
5) tempat (di rumah, di pasar); 6) waktu (sekarang,
besok); 7) keadaan (duduk, berjalan);
8) mempunyai (berpakaian, bersuami); 9) berbuat
(membaca, menulis);
10) menderita (terpotong, tergilas). Sampai sekarang,
Aristoteles dianggap sebagai bapak logika tradisional.
ad. b. Ajarannya tentang Silogisme
Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat
dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu
proses berpikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk mencapai
kesimpulan yang sifatnya umum. Sementara itu, deduksi adalah proses berpikir
yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak diragukan lagi untuk mencapai
kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini
merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan baru. Berpikir deduksi
yaitu silogisme, yang terdiri dari premis mayor clan premis minor, dan kesimpulan.
Perhatikan contoh berikut.
- Si
Fulan adalah manusia (premis minor)
- Si
Fulan adalah makhluk hidup (kesimpulan)
ad. c. Ajarannya tentang Pengelompokan Ilmu
Pengetahuan
Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi
tiga golongan, yaitu:
a. ilmu
pengetahuan praktis (etika dan politik);
b. ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian);
c. ilmu
pengetahuan teoretis (fisika, matematika, metafisika).
ad. d. Ajarannya tentang Aktus dan Potensia
Mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak
sependapat dengan gurunya Plato yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada
dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus
dan'konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau pemikiran filsafatnya
adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas yang sungguh-sungguh ada bukanlah
yang umum clan yang tetap seperti yang dikemukakan Plato, tetapi realitas
terdapat pada yang khusus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di
dunia ide, tetapi manusia berada yang satu per satu. Dengan demikian, realitas
itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubahubah. Itulah
realitas yang sesungguhnya.
Mengenai hule dan morfe, bahwa yang
disebut sebagai hule adalah suatu unsur yang menjadi dasar permacaman.
Sementara itu, morfe adalah unsur yang menjadi dasar kesatuan. Setiap
benda yang konkret terdiri dari hule dan morfe. Misalnya, es batu dapat
dijadikan es teh, es sirop, es jeruk, clan es teh tentu akan lain dengan es
jeruk karena morfenya. Jadi, hule clan morfe tidak terpisahkan.zb
ad. e. Ajarannya tentang Pengenalan
Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan,
yaitu pengenalan indrawi clan pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi
kita hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan materinya) dan
hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan rasional kita
akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari sesuatu benda. Dengan
pengenalan rasional ini kita dapat menuju satu-satunya untuk ke ilmu pengetahuan.
Cara untuk menuju ke ilmu pengetahuan adalah dengan teknik abstraksi. Abstraksi
artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga
tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan yaitu intisari atau hakikat
suatu benda.
Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap
masalah etika. Karena etika bukan diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi
dipakai sebagai hukum kesusilaan. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup
manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan adalah suatu keadaan
di mana segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam
diri manusia. Jadi, bukan sebagai kebahagiaan subjektif. Kebahagiaan harus
sebagai suatu aktivitas yang nyata, clan dengan perbuatannya itu dirinya
semakin disempurnakan. Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berpikir
murni.
ad. g. Ajarannya ten tang Negara
Menurut
Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling
baik adalah negara dengan sistem demokrasi moderat, artinya sistem demokrasi
yang berdasarkan Undang-Undang Dasar.
4. Filsafat Hellenisme
Filsafat Yunani Klasik mencapai puncaknya dengan
munculnya Aristoteles. Setelah Aristoteles meninggal dunia, pemikiran filsafat
Yunani merosot. Lima abad sepeninggal Aristoteles terjadi kekosongan sehingga
tidak ada ahli pikir yang menghasilkan buah pemikiran filsafatnya seperti Plato
atau Aristoteles, sampai munculnya filosof Plotinus (204 - 270).
Lima abad dari adanya kekosongan di atas diisi oleh
aliran-aliran besar (seperti: Epikurisme, Stoaisme, Skeptisisme, dan Neoplatonisme).
Pokok permasalahan filsafat dipusatkan pada cara hidup manusia sehingga orang
yang dikatakan bijaksana adalah orang yang mengatur hidupnya menurut budinya.
Cara untuk mengatur hidup inilah yang menjadi dasar dari Epikurisme, Stoaisme,
clan Skeptisisme. Menurut sejarah filsafat, masa ini (sesudah Aristoteles)
disebut zaman Hellenisme.2'
Filsafat Hellenisme ini dimulai pada pemerintahan
Alexander Agung (356 - 23 SM) atau Iskandar Zulkarnain Raja Macedonia. Pada
zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat teoretis menjadi
filsafat praktis.
a. Epicurisme
Sebagai tokohnya Epicurus (341 - 271 SM), lahir di
Samos dan mendapatkan pendidikan di Athena. la mendapat pengaruh dari ajaran
Democritos dan Aristophos.
27Hellenisme adalah nama untuk kebudayaan, cita-cita
dan cara hidup orang Yunani seperti yang terdapat di Athena di zaman Pericles.
Hellenisme pada abad ke-4 SM diganti oleh kebudayaan Yunani, atau setiap usaha
menghidupkan kembali cita-cita Yunani zaman modern. Lihat, Pringgodigdo, (Ed.),
Ensiklopedi Umum, Kanisius, Yogyakarta, 1972, hlm. 402.
Pokok ajarannya adalah bagaimana agar manusia itu
dalam hidupnya bahagia. Epicurus mengemukakan bahwa agar manusia dalam
hidupnya bahagia terlebih dahulu harus memperoleh ketenangan jiwa (ataraxia).
Menurut kenyataan, banyak manusia yang hidupnya tidak bahagia karena
mengalami ketakutan. Jadi, apabila manusia telah dapat menghilangkan
ketakutannya itu, niscaya manusia akan memperoleh ketenangan jiwa, yang
selanjutnya akan memperoleh kebahagiaan.
Terdapat tiga ketakutan dalam diri manusia seperti
berikut ini.
Pertama, agar manusia tidak takut terhadap
kemarahan dewa. Sesungguhnya tidak beralasan manusia takut terhadap kemarahan
dewa karena dewa mempunyai dunianya sendiri dan manusia mempunyai dunianya
sendiri. Jadi dunia dewa dengan manusia lain.
Kedua, agar manusia tidak takut terhadap
kematian. Tidak beralasan apabila manusia takut terhadap kematian karena
kematian itu merupakan akhir suatu kehidupan dan setelah manusia hidup, tidak
ada kehidupan lagi. Jadi, manusia tidak perlu takut akan kematian.
IZetiga, agar manusia tidak takut terhadap
nasib. Karena nasib manusia bukan ditentukan oleh dewa, akan tetapi ditentukan
oleh atom-atom. Dengan demikian, adanya nasib manusia itu tergantung dari gerak
atom-atom yang terdapat dalam diri manusia. Maka tidak ada alasan untuk takut
terhadap nasib.
Untuk mencapai kebahagiaan manusia harus
menghilangkan rasa ketakutan terhadap kemarahan dewa, kematian, dan akan nasib.
b. Stoaisme
Sebagai
tokohnya adalah Zeno (366 - 264 SM) yang berasal dari Citium, Cyprus. Ajarannya
mempunyai persamaan dengan Epicurus.
Pokok ajarannya adalah bagaimana manusia dalam
hidupnya dapat bahagia. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut manusia harus harmoni
terhadap dunia (alam) dan harmoni dengan dirinya sendiri. Mengapa manusia harus
harmoni dengan dunia (alam), karena manusia merupakan bagian daripada dunia
(alam). Untuk mencapai harmoni dengan dunia (alam), manusia harus terlebih
dahulu harus harmoni dengan dirinya sendiri. Apabila manusia telah dapat
mencapai harmoni dengan dirinya sendiri, maka kebahagiaan bukan lagi sebagai
tujuan hidup, tetapi dalam keadaan harmoni dengan dirinya sendiri, itulah
sesungguhnya manusia dalam keadaan apatheia, yaitu keadaan tanpa rasa (pathe)
atau keadaan manusia di mana dirinya dapat menguasai segala perasaannya?a
c. Skeptisisme
Tokoh skeptisisme adalah Pyrrhe (360 - 270 SM). Pokok
ajarannya adalah bagaimana cara manusia agar dapat hidup berbahagia. Hal ini
ia menengarai bahwa sebagian besar manusia itu hidupnya tidak bahagia, sehingga
manusia sukar sekali mencapai kebijaksanaan. Syaratnya, manusia perlu untuk
tidak mengambil keputusan karena orang yang tidak pernah mengambil keputusan
itu disebut orang yang tidak pernah keliru. Untuk tidak pernah keliru itu
manusia harus selalu ragu-ragu terhadap segala bentuk kebenaran clan pengetahuan.
Dengan demikian, orang yang bijaksana adalah orang yang selalu ragu-ragu,
dengan ragu-ragu itu orang akan tidak pernah keliru. Akhirnya orang tersebut
dikatakan sebagai orang yang tidak pernah mengambil keputusan, dan orang yang
tidak pernah mengambil keputusan itulah orang yang berbahagia.
Aliran yang lain tingkatannya lebih kecil dari ketiga
aliran di atas adalah: Neopythagoras (merupakan campuran dari ajaran Plato,
z&Brouwer, op. cit., him. 43 dan
Poedjawijatna, op. cit., him. 47.
Aristoteles, dan Kaum Stoa), tokohnya Appolonius dari
Tyana yang hidup abad pertama SM. Kemudian, Platonis Tengah di mana ajarannya
banyak diwarnai ajaran agama. Tokohnya Plutarkhos dan Noumenios, yang hidup
pada abad kedua Masehi.
Aliran ketiga adalah filsafat Yahudi. Tokohnya adalah
Philo yang hidup tahun 30 SM. la mengupayakan perpaduan antara filsafat Yahudi
dengan filsafat Hellenisme.
d. Neoplatonisme
Tokohnya adalah Plotinus dan Ammonius Saccas. Kurang
lebih 5 abad sesudah Aristoteles meninggal dunia, muncul kembali filsafat
Yunani yang untuk terakhir kalinya. Munculnya kembali pemikiran filsafat Yunani
ini bersamaan dengan munculnya agama Kristen (awal abad Masehi).
Plotinus (204 - 270) lahir di Lykopolis, Mesir.
Pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh Plato, sedikit Aristoteles. Titik tolak
pemikiran filsafat Plotinus adalah bahwa asas yang menguasai segala sesuatu
adalah satu. Filsafat Neoplatonisme merupakan perpaduan antara filsafat Plato
(Ide kebaikan tertinggi) dengan diberi penekanan kepada upaya pencarian
pengalaman batiniah untuk menuju ke kesatuan dengan Tuhan (Yang Esa).
Pemikirannya, karena Tuhan merupakan isi dan titik
tolak pemikirannya, Tuhan dianggap sebagai Kebaikan Tertinggi clan sekaligus
menjadi tujuan semua kehendak. Ada segala sesuatu timbul dari Ada Yang Esa.
Yang Esa keluar dari dalam dirinya, tanpa gerak, tanpa kehendak. Yang Esa
mengeluarkan pancaran sinar yang tidak bergerak (yaitu matahari yang juga
selalu memancarkan sinarnya).
Demikian
juga, manusia sebagai makhluk bukanlah sebagai ciptaan Tuhan, tetapi pancaran
Tuhan. Proses timbulnya makhluk, pertama yang muncul dari Yang Esa disebut
jiwa. Jiwa inilah yang menggerakkan alam semesta. Kemudian, dari jiwa timbul
roh-roh, dari roh-roh menimbulkan materi-materi.
Karena segala sesuatu (termasuk manusia) itu timbul
dengan sendirinya (tidak dicipta Tuhan), tugas manusia adalah kembali ke
asalnya yaitu Tuhan. Dalam kehidupan manusia di dunia, apabila manusia terlalu
mencurahkan hidupnya ke arah dunia, manusia akan melupakan kodrat sejatinya.
Dan apabila manusia memandang dunia secara wajar, manusia akan dapat mencapai
dunia ide (Ide Yang Satu yaitu Tuhan).
Plotinus mengharapkan agar manusia tidak menekankan
keduniawian sehingga cepat dapat mencapai keindahan dunia. Untuk mencapai
keindahan dunia sehingga cepat sampai ke dunia Ide, manusia harus memurnikan
diri dari keduniawian yang serbaneka. Akhirnya, apabila manusia dapat memurnikan
dirinya dengan menjauhi keduniawian, manusia niscaya akan dapat bersatu dengan
Tuhan.z9
Walaupun Plotinus mendasarkan diri pada pemikiran
Plato, tetapi Plotinus memajukan hal baru yang belum terdapat dalam filsafat
Yunani, yaitu arah pemikirannya kepada Tuhan dan Tuhan dijadikan dasar segala
sesuatunya.
Karena zaman Neoplatonisme ini diwarnai oleh agama,
zaman ini disebutnya sebagai zaman mistik 30
z9Untuk dapat bersatu dengan Tuhan, manusia harus
melalui tiga tahapan: melakukan kebajikan umum, berfilsafat, dan mistik. Tiga
tahapan inilah yang dikatakan sebagai hal baru dalam ajaran Plotinus, dan belum
pernah ada dalam filsafat Yunani.
3oPoedjawijatna, ibid., him. 49 - 51.
FILSAFAT BARAT ABAD PERTENGAHAN
Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya
dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani. Menurut
pandangan sejarah filsafat, dikemukakan bahwa peradaban Yunani merupakan titik
tolak peradaban manusia di dunia. Maka pandangan sejarah filsafat dikemukakan
manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke
tangan kekuasaan Romawi.' Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan
kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran
filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran
'Roma,
ibukota Italia, terletak di Italia Tengah di dekat Pantai Barat, di kedua belah
tepi sungai Tiber, tempat kedudukan Paus yang berdiam di kota Vatikan. Menurut
perjanjian Lateran (perjanjian Tahta Suci dengan pemerintah Italia tahun 1929)
kota Vatikan adalah wilayah berdaulat. Vatikan disebut "kota abadi"
karena untuk suatu masa yang panjang merupakan suatu pusat kebudayaan, kesenian
dan keagamaan. Juga disebut 'kota suci". Menurut dongengnya, kota Roma
didirikan oleh Romulus (753 SM). Roma terus menaik kemasyhurannya pada akhir
abad ketiga sebelum Masehi. Pertengahan awal abad I Masehi adalah awal masa
keemasan kebudayaan Romawi dan awal zaman kekaisaran. Roma pada masa abad
pertengahan (abad ke-5 hingga ke-14 Masehi), dengan lenyapnya Kekaisaran
Romawi, melahirkan lembaga baru: kepausan. Paus pertama adalah Gregorius (590 -
604) yang menjadikan Roma sebuah kota penting sebagai pusat dunia Kristen.
Lihat, Pringgodigdo, (Ed.)., op. cit., him. 954.
Caesar Augustus yang mencipta masa keemasan
kesusastraan Latin, kesenian, clan arsitektur Romawi.2
Setelah filsafat Yunani sampai ke daratan Eropa, di
sana mendapatkan lahan baru dalam pertumbuhannya. Karena bersamaan dengan
agama Kristen, filsafat Yunani berintegrasi dengan agama Kristen, sehingga
membentuk suatu formulasi baru. Maka, muncullah filsafat Eropa yang
sesungguhnya sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan
agama Kristen.
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat
Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir (filosof), akan
tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan
penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat
barat abad pertengahan.
Kekuatan pengaruh antara filsafat Yunani dengan agama
Kristen dikatakan seimbang. Apabila tidak seimbang pengaruhnya, maka tidak
mungkin berintegrasi membentuk suatu formula baru. Walaupun agama Kristen
relatif masih baru keberadaannya, tetapi pada saat itu muncul anggapan yang sama
terhadap filsafat Yunani ataupun agama Kristen. Anggapan pertama, bahwa Tuhan
turun ke bumi (dunia) dengan membawa kabar baik bagi umat manusia. Kabar baik
tersebut berupa firman Tuhan yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang
sempurna clan sejati. Anggapan kedua, bahwa walaupun orangorang telah mengenal
agama baru, tetapi juga mengenal filsafat Yunani yang dianggap sebagai sumber
kebijaksanaan yang tidak diragukan lagi kebenarannya.
Dengan demikian, di benua Eropa filsafat Yunani akan
tumbuh clan berkembang dalam suasana yang lain. Filsafat Eropa merupakan
sesuatu yang baru, suatu formulasi baru, pohon filsafat masih yang
lama (dari Yunani), tetapi tunas yang baru (karena
pengaruh agama Kristen) memungkinkan perkembangan clan pertumbuhan yang rindang
3
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476 - 1492) juga
dapat dikatakan sebagai "abad gelap". Pendapat ini didasarkan pada
pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu
kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat
itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran
yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapatkan
hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikanpenyelidikan
berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama/teologi
yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat.
Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja.
Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka
dianggap orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran
terhadap orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius
III di akhir abad XII, dan yang paling berhasil dalam pengejaran orang-orang
murtad ini di Spanyol.
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat
abad Pertengahan adalah: - cara
berfilsafatnya dipimpin oleh gereja;
berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles;
- berfilsafat
dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.'
Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan
sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan/sistem
kepercayaan yang picik clan fanatik, dengan menerima
zPringgodigdo, (Ed.), ibid., hlm. 953.
3Poedjawijatna, op. cit., hlm. 80.
'Epping, et.
al., Filsafat ENSIE, Jemmars, Bandung, 1983, hlm. 126.
ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu
perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.
Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya
untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun, di sisi lain, dominasi
gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai
perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya
sendiri.
Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa
yaitu: masa Patristik dan masa Skolastik. Masa Skolastik terbagi menjadi:
Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.
A. Masa Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau
bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari
golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah
menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat
Yunani dan ada yang menerimanya.
Bagi mereka yang menolak, alasannya karena
beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan
tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari
filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa
walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada
jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara
berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi
manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai/menerima filsafat Yunani
diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga
orangorang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang
orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu
munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa
tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak
filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan
dengan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen,
yaitu para apologis (pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman
Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut
adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa,
Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.
1. Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil
dari istilah "orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya".
Menurut
pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari
filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen.
Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri
sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa. Selanjutnya
dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini
didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini
orang-orang Yunani (Socrates, Plato dan lain-lain) kurang memahami apa yang
terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang
Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang?
Karena orang-orang Yunani terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan
tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama
Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan
Justinus Martin
2. Klemens (150 - 215)
la juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak
membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut:
- memberikan
batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas
filsafat Yunani;
memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan
menggunakan filsafat Yunani;
- bagi
orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan
memikirkan secara mendalam.
3. Tertullianus (160 - 222)
la dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi
setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. la menolak kehadiran filsafat Yunani
karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa
wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat,
tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat
filsafat), tidak ada hubungan antara gereja dengan akademi, tidak ada hubungan
antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya
Kristen, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting.
Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya
sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof,
kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.
Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya
menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berpikir yang rasional. Alasannya,
bagaimanapun juga berpikir yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu,
karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan, saat itu filsafat
hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja,
Bab Tiga: Filsafat Barat Abad
Pertengahan 71
sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat
hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau
metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta
sifat-sifatnya.
4. Augustinus (354 - 430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam
aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisme. la telah diakui keberhasilannya
dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad
pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. la seorang tokoh besar di bidang
teologi dan filsafat.
Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudian
tidak menyetujui atau menyukainya, karena di dalamnya terdapat pertentangan
batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat meragukan
bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir clan
seseorang yang berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada
batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran clan kepastian yang
tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia
dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Akhirnya,
ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran
Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor
pemikiran skolastik. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik
dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai
metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa
skolastik.
B. Masa Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari
kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau
yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari
sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas
skolastik, sebagai
berikut.
a. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai
corak sematamata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad
pertengahan yang religius.
b. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi
pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan
mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan
tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan
lain-lainnya.
c. Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat
yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk
sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat
Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.'
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh
karena beberapa faktor berikut.
Faktor Religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran
filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan
saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa
Bab Tiga: Filsafat BaratAbad
Pertengahan 73
hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci
Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan
limbah air mata saja (tempat kesedihan). Sebagai dunia yang menjadi tanah
airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke tanah airnya (surga) dengan
kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia itu menurut sifat
kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam,
mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan
pemberi bahagia. Ia akan memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka,
hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar dapat
mencapai tanah airnya (surga). Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan
dasar pemikiran filsafatnya.5
Faktor Ilmu Pengetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga
pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga
istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan
Yunani.
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
1. Skolastik Awal, berlangsung dari tahun 800-1200;
2. Skolastik Puncak, berlangsung
dari tahun 1200-1300; 3. Skolastik
Akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450. 1. Skolastik Awal
Sejak abad
ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih
lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat
itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta
peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.'
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah
Karel Agung (742 - 814)8 dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang
politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta
pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya kebangkitan.
Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di mana arah
pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal
ini ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan
ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama
kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan
Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau
artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi),
ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805),
Johannes Scotes Eriugena (815 - 870), Peter Lombard (1100 - 1160), John Salisbury
(1115 - 1180), Peter Abaelardus (1079 - 1180).
Peter Abaelardus (1079 - 1180)
la dilahirkan di Le Pallet, Prancis. la mempunyai
kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali ber
'Roma dirampok oleh Kaum Visigot di bawah Alarik I
(tahun 410) sehingga kota tersebut kehilangan artinya clan menderita berat
dalam perang terhadap orang-orang Germania clan Byzantium (Kekaisaran Romawi
lenyap).
8Ia menyerbu Italia untuk membantu Paus (tahun 800) -
Paus Leo III dinobatkan sebagai Kaisar di Roma. Lihat Pringgodigdo, (Ed.), op.
cit., hlm. 214 dan 954.
tengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. la termasuk orang konseptualisme dan
sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik,
artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului
akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima
oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa
berpikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir
itu berada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan
sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang
tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan
tempat bagi semua buktibukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir
kehilangan tempat. la mencontohkan,
seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam
wahyu Tuhan.
2. Skolastik Puncak
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang
berlangsung dari tahun 1200 - 1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga.
Masa itu ditandai dengan munculnya universitas-universitas dan ordo-ordo, yang
secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, di
samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik
mencapai pada puncaknya.
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu
Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu
pengetahuan yang luas.
'Samuel Smith, Gagasan-gagasan Besar Tokoh-tokoh
da(am Bidang Pendidikan, alih
bahasa
siapa?, Bumi Aksara, Jakarta, 1986, hlm. 79.
b. Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di
Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater
inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di
Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul
karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan
dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal
ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian di mana kebanyakan
tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus
de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles
Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa
dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan
dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu anggapan bahwa ajaran
Aristoteles yang mulai dikenal pada abad ke-12 telah diolah clan tercemar oleh
ahli pikir Arab (Islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen.
Keadaan yang demikian ini bertolak belakang bahwa ajaran Aristoteles masih
diajarkan di fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang penting
dan harus dipelajari.
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di atas
(dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja
menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan
langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagianbagian ajaran Aristoteles yang
bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori baru yang
bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran Kristen.
Langkah terakhir, dari ajaran Aristoteles telah diselaraskan dengan ajaran
ilmiah (suatu sintesis antara kepercayaan dan akal).
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan
terbitnya sebuah buku Summa Theologiae dan sekaligus merupakan bukti
bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan kemenangan dan sangat mempengaruhi
seluruh perkembangan skolastik.
Albertus Magnus (1203- 1280)
Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus10 juga
dikenal sebagai cendekiawan abad pertengahan.
la lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai
"doktor universalis" dan "doktor magnus", kemudian bernama
Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa.
Di universitas Padua ia belajar artes liberales, ilmu-ilmu pengetahuan
alam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk
ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan
teologi.
Terakhir ia diangkat sebagai uskup agung. Pola
pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang
ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu
kimia."
Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang
artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga
seorang dokter gereja bangsa Italia. la lahir di Rocca Secca, Napoli,
10Karya-karya Albertus Magnus yang terbit pada tahun
1951 di Lyon terdiri atas 21 jilid. Sebuah di antaranya adalah komentarnya
terhadap Aristoteles, sehingga ia dianggap sebagai pelopor yang membawa
filsafat Aristoteles Le dalam agama Kristen Katolik. Albertus Magnus menyebut
Aristoteles sebagai orang yang sempurna (the Perfect). Filsafat
moralnya berdasarkan pada tiga hal: kesatuan, cinta, dan harapan.
"Smith, op.
cit., hlm. 82.
Italia. la merupakan tokoh terbesar Skolastisisme,
salah seorang suci gereja Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan
menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus.
Pada tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Prancis dan tahun
1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus."
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi
dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan.
la berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen
secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. la
telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang
pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari
Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman
berjalan di luar jangkauan pemikiran. la
mengimbau agar orangorang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang
terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman.
Semua kebenaran mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat
beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan
sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang tidak berhubungan dengan
atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan
tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikir
annya tetap abadi.13
'zJulukan Santo Thomas yang terkenal adalah
"Lembu Jantan Bisu", artinya ia lambat dalam tingkah lakunya dan gagah.
Namun, ia merupakan mahaguru yang pandai, tajam pikirannya. Sebutan-sebutan:
Thomisme baru, Neo Thomisme, Neo-Skolastisisme dipakai untuk aliran filsafat
dalam abad kedua puluh.
Selanjutnya ia katakan bahwa iman lebih tinggi dan
berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Timbulnya
pokok persoalan yang aktual dan praktis dari gagasannya adalah
"pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang
harus diterima oleh orang-orang lain". Pandangannya inilah yang menjadikan
perlawanan kaum Protestan karena sikapnya yang otoriter.
Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat
menghilangkan unsur-unsur Aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran
Aristoteles, tetapi sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini
didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan
angin segar untuk kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan langkah-langkah
sebagai berikut.
Langkah pertama, Thomas menyuruh teman
sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru yang langsung dari
Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme yang berorientasi pada Ibnu
Rusyd, dan upaya ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant.
Langkah kedua, pengkristenan ajaran
Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang bertentangan dengan apa yang
dianggap Kristen bertentangan sebagai firman Aristoteles, tetapi diupayakan
selaras dengan ajaran Kristen.
Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah
dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah (sintesis
deduktif antara iman dan akal). Sistem barunya itu untuk menyusun Summa
Theologiae.
3. Skolastik Akhir
Masa ini
ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara
tokoh-tokohnya adalah William Ockham (1285 - 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).
William Ockham (1285 - 1349)
la merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran
skolastik. Karena terlibat dalam pertengkaran umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara
di Avignon,
tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. la menolak ajaran Thomas dan mendalilkan
bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal
yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak.
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat
mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau
kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa
kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi,
bukan lewat logika. Di samping itu, ia membantah anggapan skolastik bahwa
logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan
dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
Nicolas Cusasus (1401 - 1464)
la sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir
masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu
lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan
tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita
akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian
atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang
lebih tinggi. Hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa
yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan
akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui.
Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja
yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai
pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi
larut, yaitu Tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan
seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih
luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat
suatu pemikiran para humanis.
4. Skolastik Arab (Islam)
Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa
istilah skolastik Islam jarang dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang
biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam. Dalam pembahasan antara
ilmu kalam clan filsafat Islam biasanya dipisahkan."
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam
(pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina,
Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yaitu
sebagai berikut.
a. Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat
belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang dikenal hanya buku Logika
Aristoteles.
b. Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat
tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusyd15 sehingga Ibnu
'aHasbullah Bakry, op. cit., hlm. 9.
"Ibnu
Rusyd (Muhammad Ibnu Rusyd) dalam filsafat Barat dikenal dengan nama Averroes.
Lahir tahun 1126 di Cordova. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga ahli hukum
dan ilmu kedokteran. Hanya karena Ibnu Rusydlah Universitas Cordova semakin terkenal. la meninggal di pengasingan (Maroko)
tahun 1198. la telah banyak sekali memberikan tulisannya tentang ajaran
Aristoteles. Dibandingkan dengan Ibnu
Sina, ia lebih besar
pengaruhnya terhadap Skolastik Latin. Lihat Epping, et. al., op. cit.,hlm. 160.
Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin. c.
Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.
Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi
para ahli pikir Islam tersebut memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi
Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para
ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato
dan Alquran benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan
filsafat. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan
sumbangan Islam paling besar.
Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik Islam
terbagi menjadi dua periode, yaitu:
a. Periode
Mutakallimin (700 - 900);
b. Periode
Filsafat Islam (850 - 1200).
Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan
para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat sengaja disembunyikan
karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir
Islam itu dalam mengantarkan kemoderenan Barat.
C. Masa Peralihan
Setelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa
peralihan yang diisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan.
Zaman peralihan ini merupakan embrio masa modern. Masa peralihan ini ditandai
dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara
abad ke-14 hingga ke-16.
Renaissance
Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini
merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia,
kemudian di Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa.
Di antara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci, Michelangelo, Machiavelli,
dan Giordano Bruno.
Humanisme
Humanisme pada mulanya dipakai sebagai suatu
pendirian di kalangan ahli pikir Renaissance yang mencurahkan perhatiannya
terhadap pengajaran kesusastraan Yunani dan Romawi, serta perikemanusiaan.
Kemudian, Humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan untuk kembali melepaskan
ikatan dari gereja dan berusaha menemukan kembali sastra Yunani atau Romawi. Di
antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, dan
Thomas Morre.
Reformasi
Reformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat
pada abad ke-16. Revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap perbaikan
keadaan gereja Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas-asas Protestantisme. Para tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin Luther.
Akhirnya
dalam filsafat Renaissance salah satu unsur pokoknya adalah manusia. Suatu
pemikiran yang sejajar dengan Renaissance. Pemikiran yang ingin menempatkan
manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan.
PEMIKIRAN FILSAFAT DI TIMUR
A. Filsafat India
India'
adalah suatu wilayah yang dibatasi pegunungan yang terjal. Tidak ada jalan lain
kecuali melalui lintasan Kaibar. Pada zaman kuno, daerah India sulit dimasuki oleh musuh
sehingga penduduknya dapat menikmati kehidupan yang tenang dan banyak peluang
untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian.
Filsafat India berkembang dan menjadi satu
dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya bersifat religius dan tujuan
akhirnya adalah mencari keselamatan akhirat.
Filsafat India
terbagi menjadi lima
zaman berik-ut ini.
a. ZamanWeda (1500-600 S:VI). Zaman ini diisi oleh
peradaban bangsa Arya. Pada saat itu baru muncul benih pemikiran filsafat
'India sebagai anak benua di Asia Barat Daya,
terpisah oleh bagian terbesar benua Asia oleh pegunungan Himalaya
yang terkenal tinggi. Di sebelah Timur berbatasan dengan Burma dan Cina, di sebelah Utara berbatasan
dengan Tibet clan Nepal, di sebelah Barat berbatasan dengan Pakistan.
Peradaban tertua adalah peradaban Mohenyodaro (tahun 4000 - 2000 SM). Bangsa
Arya masuk India pada tahun 1500 SM dari arah Barat Laut mengembangkan
peradaban Brahman sebagai ajaran pokok Hinduisme.
yang berupa mantera-mantera, pujian keagamaan yang
terdapat dalam sastra Brahmana dan Upanishad.
b. Zaman Wiracarita (600-200 SM). Zaman ini diisi
oleh perkembangan sistem pemikiran filsafat yang berupa Upanishad. Ide
pemikiran filsafat tersebut muncul berupa tulisan-tulisan tentang kepahlawanan
dan tentang hubungan antara manusia dengan dewa.
c. Zaman Sastra Sutra (200 SM - 1400 M). Zaman ini
diisi oleh semakin banyaknya bahan-bahan pemikiran filsafat (sutra), ditandai
dengan lahirnya tokoh-tokoh seperti Sankara, Ramanuja, Madhwa, dan lainnya.
d. Zaman kemunduran (1400 - 1800 M). Zaman ini diisi
oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para ahli pikir hanya menirukan
pemikiran filsafat yang lampau. Timbulnya keadaan ini disebabkan oleh pertemuan
antara kebudayaan Barat dengan pemikiran India
sehingga menimbulkan reaksi hebat dari para pemikir India.
e. Zaman Pembaharuan (1800 - 1950 M). Zaman ini diisi
oleh kebangkitan pemikiran filsafat India. Pelopornya adalah Ram Mohan
Ray, seorang pembaru yang mendapatkan pendidikan di Barat.
Zaman Weda (1500 - 600 SM)
Dikatakan zaman Weda karena sumber benih pemikiran
filsafat berasal dari kitab-kitab Weda (Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan
Atharwa Weda). Benih pemikiran filsafat tersebut dalam mantera "di
atas air samudera mengapung telor dunia, kemudian pecah menjadi wismakarman
sebagai anak pertama alam semesta." "Dunia tersusun menjadi tiga
bagian, yaitu surga, bumi, dan langit, di mana ketiga bagian tersebut mempunyai
dewa sendiri-sendiri." "Jiwa manusia
tidak dapat mati." "Mereka yang masuk surga
adalah orang-orang yang soleh dan hidup baik."
Orang-orang Arya menyembah pada dewa-dewa seperti
matahari, bulan, bintang dan lainnya. Dewa secara harfiah berarti terang,
karena itu pengertian dewa adalah benda yang terang yang dianggap sebagai
kekuatan alam yang mempunyai person. Dewa Indra dianggap sebagai dewa
nasional, karena Dewa Indra berarti bangsa Dasyu. Dewa lain yang dianggap
penting adalah Dewa Waruna, yaitu dewa yang menguasai alam semesta, yang
sekaligus sebagai dewa moral dan dewa segala dewa.
Dalam sastra Brahman disebutkan bahwa ketika bangsa
Arya telah menetap di lembah Gangga, benih pemikiran filsafat berupa
"korban". Korban ini dianggap penting dalam kehidupan manusia, yang
dipersembahkan kepada imam. Misalnya, korban diadakan agar matahari tetap
bersinar sehingga dengan adanya korban ini kehidupan masyarakat bersifat
ritualistis.
Pada tahun 700 SM benih pemikiran filsafat
pembahasannya lebih mendalam lagi, bersumber pada sastra Upanishad. Keadaan
yang demikian ini muncul tatkala kaum Ksatria memberontak kepada kaum Brahman.
Pemberontakan ini karena ajaran Upanishad banyak yang diselewengkan.
Kedalaman pemikiran filsafat terbukti dari anggapan dahulu (zaman Brahman),
Dewa Brahman hanya dianggap sebagai asas pertama alam semesta. Namun, sekarang
(zaman Upanishad) Dewa Brahman dianggap sebagai dewa yang transenden dan
immanen. Juga, Dewa Brahman dianggap berada dalam alam semesta dan diri
manusia, yang terjelma berupa unsur api.
Zaman Wiracarita (600 SM- 200 M)
Sebagai latar
belakang zaman ini adanya krisis politik, kemerosotan moral atau kepercayaan terhadap
para dewa, akibat dari kaum penjajah (pendatang). Kemudian banyak orang mencari
ketenangan, dan muncullah para ahli pikir untuk menuangkan pemikirannya, sehingga
terjadilah pertentangan antarpemikiran. Timbullah aliran yang bertuhan (Baghawadgita),
aliran yang tidak bertuhan (Jainisme dan Buddhisme), juga
aliran yang spekulatif (Saddarcana).
Jainisme timbul sebagai reaksi zaman Brahman.
Pelopornya adalah Wardhamana (abad ke-6 SM). Sementara itu, Buddhisme (yang
dicerahi) merupakan sebutan untuk tokoh rohani yang menjelma pada seseorang.
Jelmaan terakhir Buddhisme adalah Sidharta, yang lahir tahun 567 SM di
Kapilawastu.
Baghawadgita adalah sebuah kitab yang ditulis pada
abad ke-3 SM, pusat penyebarannya di Gangga Barat. Isi kitabnya adalah uraian
ajaran Kresna pada Arjuna tentang bhakti (penyerahan diri).
Zaman Sastra Sutra (200 - sekarang)
Zaman ini juga disebut zaman Skolastik. Kitab yang
muncul pertama kali adalah kitab Wedangga yang uraiannya berbentuk prosa,
disusun secara singkat agar mudah dihafal atau diamalkan. Juga timbul
sutra-sutra yang bertentangan dengan Weda, dan sutra tersebut dijadikan sumber
pemikiran filsafat.
Sistem Filsafat India, terbagi menjadi enam sistem
berikut.
a. Nyala, yaitu membicarakan bagian umum dan metode
yang dipakai dalam penyelidikan, yaitu metode kritis. Sistem ini juga
digunakan untuk mencari hal yang benar dari ayat-ayat Weda, penulisnya Gautama
(abad ke-4 SIvI).
b. Waisesika, yaitu kitab yang bersumber pada
Waisesika Sutra. Sistem pemikirannya bersifat metafisik. Ajaran pokoknya membicarakan
tentang dharma yaitu uraian tentang kesejahteraan dunia clan memberikan
pelepasan. Ajaran yang pokok lainnya
adalah tentang padharta, yaitu membicarakan
kategori yang ada: substansi, kualitas, aktivitas, sifat umum, sifat perseorangan,
pelekatan, dan ketidakadaan. Penulisnya adalah Khanada.
c. Sakha, artinya pemantulan. Aliran ini mengemukakan
bahwa untuk merealisasikan kenyataan akhir filsafat diperlukan pengetahuan.
Pokok ajarannya, terdapat dua zat asasi yang bersamasama membentuk realitas
dunia, yaitu roh dan benda (purusa dan prakerti). Pendirinya adalah Sakha
Kapila (abad ke-5 SM).
d. Yoga, yaitu suatu cara untuk mengawasi pikiran,
agar kesadaran yang biasa menjadi luar biasa. Pendirinya Patanjali.
e. Purwa Wimansa, yaitu sistem inilah yang
benar-benar mendasarkan pada kitab Weda. Sistem ini dimaksudkan untuk
penyelidikan sistematis pada bagian pertama Weda. Pokok ajarannya, menegakkan
wibawa kitab Weda dan menunjukkan bahwa kitab Weda berisi upacara ritual.
f. Wedanta yaitu suatu sistem yang membicarakan
bagian kitab Weda (yang terakhir). Kitab ini merupakan suatu kesimpulan kitab
Weda. Sistem Wedanta ini bersamaan dengan zaman Sutra (= zaman Skolastik) yang
ditandai dengan munculnya tokohtokoh Sankara, Ramanuja, Madhwa. Mereka ini
telah berhasil menyusun kembali ajaran kuno yang dapat memberikan peluang dalam
perkembangan pemikiran filsafat India.
Tokoh-tokoh tersebut di atas mengemukakan ajaran
sebagai berikut.
1. Sankara (788 - 820) merupakan pengajar aliran Adwaita.
Pokok ajarannya adalah bahwa "Brahman adalah nyata. Jiwa perorangan adalah
Brahman. Brahman tidak rangkap. Dunia itu tidak nyata. Jiwa tidak berbeda
dengan Brahman."
2. Ramanuja
(1017 - 1137), ia berupaya mempersatukan agama Wisnu dengan Wedanta. Sumber
ajarannya Wisista Waita (kitab Upanishad). Menurutnya, terdapat tiga
kenyataan yang tertinggi: Tuhan (Iswara), jiwa (cit), dan benda (acit)
Hanya Tuhanlah kenyataan yang bebas.
3. Madwa (1199 - 1278), ia sangat berpengaruh di
India Barat. Ibkok ajarannya, "ada", merupakan kenyataan yang jamak
(dualisme). Segala sesuatu di dunia ini beraneka ragam. Terdapat lima perbedaan, yaitu
antara Tuhan dan jiwa; antara jiwa (yang satu) dan jiwa (yang lain); antara
Tuhan dan benda; antara jiwa dan benda; antara benda (yang satu) clan benda
(yang lain).
Filsafat India pada Akhir Abad ke-20
Mulai abad ke-7 sampai abad ke-14, karena jasa
Sankara, ajaran Wedanta mendominasi pemikiran filsafat India. Akan tetapi, setelah abad
ke-14 pemikiran filsafat mengalami kemunduran hingga abad ke-18. Kemunduran ini
sebenarnya telah muncul mulai abad ke-12 saat kedatangan agama Islam di India.
Tokohnya Kabir (1440 - 1518);' yang berupaya untuk menyingkirkan unsur-unsur
yang melemahkan perjuangan Islam dan mencoba membuat suatu sintesis antara
Islam dengan Hindu. Kemudian, diteruskan oleh anaknya Nanak (1469 -...)3 yang
mempunyai sifat lebih ekstrem.
Setelah abad ke-19, pemikiran filsafat India
bangkit berkat sentuhan kebudayaan Barat. Pelopornya adalah Ram Mohan Ray
(1777 - 1833). la seorang Hindu yang memperoleh pendidikan Barat. Gerakannya
disebut Brahma Samaj, yang mempunyai sikap keras terhadap Kristen. Penggantinya
Rabindranath Tagore (1861 - 1941), seorang
zIa seorang mistikus (ahli tasawuf) dan penyair India.
Lahir di Benares, anak tukang tenun. Pada mulanya penganut Vaishnava, kemudian
pembaharu Ramananda, dan menjadi pimpinan yang menolak kasta serta menyerukan
kesatuan semua agama. la disembah orang
Islam clan orang Hindu. FEranannya yang sangat penting memberikan ilham kepada
pendiri agama Shikh, Nanak.
'Guru pertama yang mengajarkan bahwa hanya ada satu
Tuhan yang ada, dan menentang adanya sistem kasta. Lihat Pringgodigdo,(Ed.),
op. cit., hlm. 513 dan 1015.
Bab Empat: Pemikiran Filsafat di Timur 91
pujangga, ahli filsafat, clan pendidik India,
kemudian disusul Kesab Chandra Sen (1838 - 1884), akhirnya Brahman Samaj pecah
karena terpengaruh Kristen.
Tahun 1875 muncul gerakan pembaru pemikiran filsafat India,
yaitu Arya Samaj sebagai pendirinya Awami D. Saraswati (1824 - 1884). Gerakan
ini bertujuan untuk mengadakan pembaruan terhadap agama Hindu dan mencari
sintesis yang kuno dengan yang baru, antara Barat dan Timur. Seorang pembaharu
yang lain adalah Sri Ramakresna (1834 - 1886), ia seorang imam kuil di Calcutta. Ajarannya
berpangkal pada bermacam-macam kepercayaan yang ada, yang sebenarnya menuju
pada satu tujuan perealisasian Tuhan.
Seorang pembaru lain adalah Mahatma Gandhi (1869 -
1948). Ajarannya, untuk mencari kemenangan harus dengan Satyagraha (kekuatan
kebenaran). Artinya, orang harus memegang teguh kebenaran walaupun pada
saat-saat membahayakan. Kejahatan harus dilawan dengan kebaikan. Ajarannya itu
diberikan karena ia terjun di dunia politik.
Terdapat dua orang pembaru, yaitu Sri Aurobindo
(1872-1950), dan Sri Rama Maharsi (1870- 1950).`
B. Filsafat Tiongkok
Filsafat Tiongkok dapat dikatakan hidup di dalam
kebudayaan Tiongkok. Hal ini disebabkan, karena pemikiran filsafat selalu diberikan
dalam setiap jenjang pendidikan dari sejak pendidikan dasar (anak) sampai
pendidikan tinggi.
'Dirangkum
dari Hatun Harun Hadiwijono, Sari Filsafat India,
BPK, Jakarta,
1971; Lasiyo dan Yuwono, Pengantar iimu Filsafat. Liberty,Yogyakarta, 1984; Epping, et. al., op. cit.; dan
Poedjawijatna, op. cit.
Terdapat empat buah buku yang dianggap sebagai kitab
suci rakyat Tiongkok, yaitu:
a. Analecta Confucius;
b. Karangan-karangan Mencius;
c. Ilmu
Tinggi (The Great Learning);
d. Ajaran Tentang Jalan Tengah (Doctrine of the
Mean).
Menurut Fung Yu Lan, seorang ahli sejarah Tiongkok,
di Tiongkok terdapat tiga agama, yaitu Confucianisme, Taoisme, dan Buddhisme.
Dikemukakan lagi bahwa dalam kehidupan rakyat Tiongkok kegiatan keagamaan
tidaklah dianggap penting, yang penting adalah etika terutama dari Confucius.
Menurut rakyat Tiongkok, fungsi filsafat dalam
kehidupan manusia adalah untuk mempertinggi tingkat rohani. Artinya, rohani
manusia diharapkan dapat menjulang tinggi untuk meraih nilai-nilai yang lebih
tinggi daripada nilai-nilai moral. Menurut Mencius, "orang bijaksana
adalah sebagai puncak hubungan antarmanusia.
Dari sudut moral, orang yang arif bijaksana adalah
manusia yang paling sempurna di dalam suatu masyarakat. Menurut kebiasaan
masyarakat Tiongkok kewajiban (bukan hak) memungkinkan manusia untuk memperoleh
watak yang digambarkan sebagai orang arif bijaksana. Mempelajari filsafat agar
orang dapat berkembang menjadi "manusia" dan supaya tidak menjadi
"orang macam tertentu". Artinya, apabila orang mempelajari
"bukan filsafat", memung
kinkan orang untuk berkembang menjadi orang macam
tertentu (some special kind of man).
1. Latar Belakang Filsafat Tiongkok
Banyak aspek yang melatarbelakangi pemikiran filsafat
Tiongkok, seperti aspek-aspek geografis, ekonomi, sikap terhadap alam, sistem
Bab Empat: Pemikiran Filsafat di
Timur 93
kekerabatan dan lainnya. Tiongkok5 adalah suatu
negeri daratan (continental) yang luas sekali, tidak pernah melihat
lautan. Berbeda dengan Yunani yang merupakan negeri maritim, rakyatnya
mengandalkan pertanian. Sebagai negeri agraris yang selalu mengandalkan potensi
atau hasil tanahnya. Hal ini dibuktikan bahwa keunggulan kerajaan Tiongkok kuno
ditentukan oleh keahlian bertani dan berperang, seperti kerajaan Chin pada abad
ke-4 SM, yang untuk pertama kalinya dapat mempersatukan daratan Tiongkok.
Dalam tradisi Tiongkok, jenis pekerjaan yang mendapat
tempat terhormat adalah menuntut ilmu (belajar) dan mengolah tanah (bertani).
Jenis pekerjaan ini akan memengaruhi sikap mereka terhadap alam dan pandangan
hidupnya. Para petani mempunyai sifat khusus
"kesederhanaan", dan mereka selalu menerima dan mematuhi perintah.
Mereka pun tidak pernah mementingkan dirinya sendiri. Sifatsifat yang demikian
inilah yang menjelma dalam sikap hidupnya.
Akar atau sumber alam pikiran rakyat Tiongkok adalah
Taoisme dan Confucianisme. Taoisme adalah pandangan hidup yang menitikberatkan
pada hal-hal yang sifatnya naturalistik yang berada dalam diri manusia.
Sementara itu, Confucianisme adalah suatu pandangan hidup yang menitikberatkan
pada organisasi sosial dan menekankan kepada tanggung jawab manusia terhadap
masyarakat. Sebagai contoh:
fajar telah menyingsing;
jangan sekali-kali berlebih-lebihan;
bilamana matahari telah mencapai puncaknya; maka
turunlah ia;
dan bilamana bulan sudah purnama;
5Tiongkok
(Cina) suatu negeri luas di Asia Timur, di Timur Laut berbatasan dengan Uni
Soviet (sekarang Rusia) dan Korea, di sebelah Rusia dan Mongolia, sebelah Barat
Daya India, sebelah Selatan Birma (Myanmar) dan Indocina. lknguasa pertama kali
adalah dinasti Shang (1523 - 1027 SM).
- maka
mengecillah ia.
Dalam bidang kesenian, rakyat Tiongkok menganggap
bahwa kesenian merupakan alat untuk pendidikan moral. Terbukti adanya
lukisan-lukisan Tiongkok yang tergolong kelas utama, selalu menggambarkan
pemandangan-pemandangan clan bunga-bungaan, pohonpohonan, atau orang yang
sedang duduk di pinggir sungai atau gunung.
Keadaan rakyat Tiongkok yang agraris ini berpengaruh
pada metode filsafatnya. Terdapat dua macam konsep, yaitu metode yang dicapai
lewat intuisi dan lewat hipotesis. Bahasa yang digunakan dalam pemikiran
filsafat adalah sugestif, artinya isi pemikirannya tidak tegas, hanya
mengandung saran-saran.
2. Sentuhan dengan Filsafat Barat
Orang Barat menamakan Tiongkok sebagai negeri Timur
Jauh. Sebaliknya orang Tiongkok menganggap kebudayaan lain adalah salah atau
tidak setinggi dengan kebudayaan yang dimilikinya. Semua orang asing disebutnya
orang Barbar sehingga menimbulkan rasa nasionalismenya sangat tinggi.
Pada akhir Dinasti Ming (abad ke-14), banyak pelajar
Tiongkok yang mengagumi matematika dan astronomi, yang dibawa dari Barat
oleh kaum misionaris Kristen sehingga banyak pelajar yang masuk menjadi
misionaris.
Pada abad ke-19, karena keunggulan militer, industri,
dan perdagangan barat, kebetulan bersamaan dengan krisis politik dalam negeri,
timbullah sengketa antara Tiongkok dengan orang misionaris. Akibatnya, muncul
gerakan untuk kembali kepada ajaran Confusius. Pelopornya adalah K'ang Yu Mei
(1858 - 1927). Setelah terjadi pergolakan, ia melarikan diri ke luar negeri.
Pada abad ke-20 perkembangan kaum Kristen semakin
pesat karena didorong oleh masuknya ilmu pengetahuan modern. Mem
Bab Empat: Pemikiran Filsafat di
Timur 95
pengaruhi jatuhnya Dinasti Ming, clan diganti dengan
sistem pemerintah republik (tahun 1912).
Yen Fu (1853 -1920)
Yen Fu (1853 - 1920) oleh penguasa Tiongkok dikirim
untuk belajar ilmu perkapalan ke Inggris. Banyak ilmu yang didapatkannya,
termasuk literatur-literatur tentang humaniora, kemudian banyak yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Tiongkok (Cina).
Pada tahun 1919 John Dewey dan Bertrand Russell
diundang ke Tiongkok untuk memberikan ceramahnya di Universitas Peking (Beijing), sekaligus
memberikan pandangan intelektualnya. Hal ini diharapkan dapat disumbangkan
(sebagai sumbangan barat) terhadap pemikiran filsafat Tiongkok. Sumbangan
tersebut berupa metode analisis yang berdasarkan logika (metode positif).
Metode positif tersebut akan dapat memberikan cara berpikir yang baru terhadap
pemikiran filsafat.
Sampai sekarang, sentuhan Barat yang telah membekas
adalah adanya studi filsafat Tiongkok.
3. Aliran-aliran Pemikiran Filsafat di Tiongkok
Di Tiongkok terdapat dua aliran yang mendominasi
pemikiran rakyatnya, yaitu Confusianisme clan Taoisme.
Confusianisme
Confusianisme
dipelopori oleh K'ung Fu Tzu (551-479 SM), lahir di Shantung.
Riwayat hidupnya dapat diketahui lewat penuturan sebuah buku Lun-Yu
(pembicaraan). Ia keturunan bangsawan miskin. Umur 22 tahun mendirikan sekolah.
Umur 51 tahun menjadi gubernur di Tsyung, kemudian diangkat menjadi menteri
kehakiman. Umur 73 tahun mendirikan mazhab sampai ia meninggal dunia. la dianggap sebagai guru kesusilaan
bangsa Cina.
Pemikirannya, suatu hal yang dipentingkan oleh Kung
Fu Tze adalah ritual dan harus menguasai aspek keagamaan clan sosial. la mengatakan, bahwa hendaknya raja
tetap raja, hamba tetap hamba, ayah tetap ayah, anak tetap anak. Apabila sikap
setiap orang sesuai dengan statusnya, maka akan labir kesadaran akan "hak,
dan kewajiban". Sistem kekerabatan harus didasarkan pada span, yaitu
suatu perasaan keterikatan terhadap orang-orang yang menurunkannya. Aspek
inilah yang menjadikan budaya Tiongkok tetap terwariskan.
Taoisme
Pendiri Taoisme adalah Lao Tze lahir tahun 604 SM.
Riwayat hidupnya hanya sedikit saja diketahui, tetapi ajarannya berpengaruh
besar dalam masyarakat Tiongkok. Dalam arti yang luas, Tao berarti jalan
yang dilalui kejadian-kejadian alam dengan daya cita yang timbul dengan
sendirinya ditambah selingan-selingan yang teratur. Misalnya, siang dan malam. Semua
orang yang mengikuti Tao harus melepaskan semua usaha. Tujuan tertinggi adalah
meloloskan diri dari khayalan keinginan dengan renungan secara gaib.
Pemikirannya, orang hendaknya memberikan kasih
sayangnya tidak hanya terbatas pada para anggota keluarganya saja, tetapi harus
kepada seluruh anggota keluarga yang lain. Peperangan dan upacara ritual dengan
pengeluaran biaya tinggi yang akan merugikan rakyat merupakan suatu yang
bertentangan dengan dasar kecintaan manusia sehingga harus dicela. Kalau kita
sayang kepada orang lain, orang lain juga akan sayang kepada kita, dan kita
tidak perlu takut akan kejahatan orang lain.'
6Dirangkum dari Paul, op.cit,; clan Fung Yu
Lan, Sejarah Pendek Filsafat Tiongkok, terj. Poedjiutomo, t. pen., Yogyakarta, 1960.
C. Filsafat Islam
Islam dengan kebudayaannya telah berjalan selama 15
abad. Dalam perjalanan yang demikian panjang terdapat 5 abad perjalanan yang
menakjubkan dalam kegiatan pemikiran filsafat, yaitu antara abad ke-7 hingga
abad ke-12. Dalam kurun waktu lima
abad itu para ahli pikir Islam merenungkan kedudukan manusia di dalam hubungannya
dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhan, dengan menggunakan akal
pikirnya. Mereka berpikir secara sistematis dan analitis serta kritis sehingga
lahirlah para filsuf Islam yang mempunyai kemampuan tinggi karena
kebijaksanaannya.
Dalam kegiatan pemikiran filsafat tersebut, terdapat
dua macam (kekuatan) pemikiran berikut.
a. Para ahli pikir
Islam berusaha menyusun sebuah sistem yang disesuaikan dengan ajaran Islam.
b. Para ulama
menggunakan metode rasional dalam menyelesaikan soal-soal ketauhidan.
Para ahli pikir
Islam dan para ulama tersebut menggunakan instrumen atau alat filsafat untuk
membela clan membentengi tauhidnya. Para ahli
pikir mencoba memberikan suatu kesimpulan yang tidak bertentangan dengan dasar
ketauhidan.
Dari sekian banyak ulama Islam ada, yang berkeberatan
terhadap pemikiran filsafat Islam (pemikiran filsafat yang berdasarkan ajaran
Islam), tetapi ada juga yang menyetujuinya.
Ulama yang
berkeberatan terhadap pemikiran filsafat (golongan salaf) berpendapat bahwa
"adanya pemikiran filsafat dianggapnya sebagai bid'ah dan menyesatkan.
Alquran tidak untuk diperdebatkan, dipikirkan, clan ditakwilkan menurut akal
pikir manusia, tetapi Alquran untuk diamalkan sehingga dapat dijadikan
tuntunan hidup di dunia dan di akhirat."
Ulama yang tidak berkeberatan terhadap pemikiran
filsafat (yang mempunyai pendapat bahwa filsafat itu penting) berpendapat bahwa
"pemikiran filsafat sangat membantu dalam menjelaskan isi clan kandungan
Alquran dengan penjelasan yang dapat diterima oleh akal pikir manusia. Di dalam
Alquran terdapat ayat-ayat yang menekankan pentingnya manusia untuk berpikir
tentang dirinya sendiri, tentang alam semesta untuk mengimani Tuhan Sang
Pencipta."
1. Beberapa Perbedaan yang Mendorong Aliran Pemikiran
Filsafat Timbul
Timbulnya aliran pemikiran filsafat didorong oleh
beberapa perbedaan:
a. persoalan tentang Zat Tuhan yang tidak dapat
diraba, dirasa, dan dipikirkan;
b. perbedaan cara berpikir;
c. perbedaan
orientasi dan tujuan hidup;
d. perasaan "asabiyah", keyakinan yang buta
atas dasar suatu pendirian walaupun diyakini tidak benar lagi.
2. Lahirnya Filsafat Islam
Setelah Kaisar Yustianus menutup akademi
Neoplatonisme di Athena, beberapa guru besar hijrah ke Kresipon tahun 527, yang
kemudian disambut oleh Kaisar Khusraw tahun 529. Setelah itu di tempat yang
baru mengadakan kegiatan mengajar filsafat, mereka dalam waktu 20 tahun di
samping mengajarkan filsafat, juga mempengaruhi lahirnya lembaga-lembaga yang
mengajarkan filsafat seperti di Alexandria, Anthipia, Beirut.
Sifat khas orang-orang Arab saat itu yang hidup
mengembara (kafilah) bergeser pada proses urbanisasi, kemudian diikuti pudarnya
Bab Empat: Pemikiran Filsafat di
Timur 99
dasar kehidupan asli yang terpendam dalam jiwa Arab.
Dahulu orang Arab mengutamakan kejantanan dalam menghadapi hidup yang serba
keras, karena terpengaruh keadaan geografis (luasnya padang pasir). Setelah proses urbanisasi,
mereka terikat oleh birokrasi dan mengalami krisis identitas dalam bidang
sosial dan agama (dari pola mengembara ke pola ketertiban).
Setelah mendapatkan kemapanan, mereka mengalami
proses akulturasi penguasaan ilmu. Maka mulailah mengadakan kontak intelektual
yang pada saat itu tersedia warisan pemikiran Yunani.
Proses akulturasi tersebut terjadi lewat dua jalur,
yaitu Via Diffusa (kontak pergaulan sehari-hari) clan Via Bruditorum (kehendak
mencari karya-karya Yunani).
Proses akulturasi ini mencapai puncaknya dengan didirikannya
lembaga-lembaga pengajaran, penterjemahan, clan perpustakaan. Misalnya, tahun
833 Khalifah Al-Ma'mun (Bagdad) mendirikan Bait Al-Hikmah, tahun 972 Khalifah
Hakam (Qahirah) mendirikan Jami'at al-Azhar. Pusat-pusat ilmu pengetahuan
tersebut didirikan di Kufah, Fustat, Basrah, Samarrah, dan Nishapur. Kenyataan
inilah yang membuktikan bahwa filsafat Yunani berperan sebagai alat integrasi social
baru.
3. Pembagian Aliran Pemikiran Filsafat Islam
Pembagian ini berdasarkan pada hubungan dengan sistem
pemikiran Yunani, sebagai berikut.
a. Periode Mu'tazilah. Periode ini berlangsung
mulai abad ke-8 sampai abad ke-12, yang merupakan sebuah teologi rasional yang
berkembang di Bagdad dan Basrah. Golongan ini
memisahkan diri dari Jumhur 'ulama' yang dikatakan menyeleweng dari ajaran
Islam.
b. Periode Filsafat pertama. Periode ini
berlangsung mulai dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-11, memakai sistem
pemikiran yang dipakai para ahli pikir Islam yang bersandar pada pemikiran
Hellenisme, seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, clan Ibnu Sina.
c. Periode Kalam Asy'ari. Periode ini
berlangsung mulai abad ke-9 sampai abad ke-11, pusatnya di Bagdad.
Aliran pemikiran ini mengacu pada sistem Elia (Atomistis). Sistem ini mempunyai
dominasi besar, sejajar dengan Sunnisme dan Ahli Sunnah wal Jamaah.
d. Periode Filsafat kedua. Periode ini
berlangsung mulai abad ke-11 sampai abad ke-12, yang berkembang di Spanyol clan
Magrib. Aliran ini mengacu pada sistem peripatetis. Tokohnya Ibnu Bajah, Ibnu
Tufail, dan Ibnu Rusyd.'
Dalam periode Mutakallimin (700-900), muncul
mazhab-mazhab al-Khawaril, Murji'ah, Qadariyyah, Jabariyyah, Mu'tazilah, Ahli
Sunnah wal Jama'ah.
AI-Khawarij
Pada mulanya kaum al-Khawarij ini timbul karena soal
politik, kemudian berubah menjadi soal dogmatik-teologis. Mereka menuduh
Khalifah Ali bin Abi Talib lebih percaya pada putusan manusia dan
mengenyampingkan putusan Allah. Karena itu Khalifah Ali dianggap bukan Muslim
lagi, maka kafirlah ia. Pendapat tersebut kemudian menjadi pendapat umum kaum
khawarij, yaitu "setiap umat Muhammad yang berdosa besar hingga matinya
belum bertobat, maka orang tersebut hukumnya mati kafir dan kekal dalam
neraka".
Sejak masa al-Khawarij itu mulailah pemikiran kritis
di kalangan umat Islam tentang apakah Islam itu. Untuk menjadi seorang Muslim
'Anton Bakker, Sejarah Filsafat dalam Islam, Kanisius,
Yogyakarta, 1978, him 68.
Bab Empat: Pemikiran Filsafat di
Timur 101
apakah harus berdasar keyakinan saja clan apakah
keyakinan seseorang dapat dianggap hilang hanya dengan melihat lahirnya.
Murji'ah
Munculnya mazhab Murji'ah ini juga sama seperti
al-Khawarij, yaitu tatkala ibukota kerajaan Islam pindah ke Damsyik (Damaskus)
sebagai pangkal sebab-sebab politik. Banyak tuduhan terhadap Khalifah Bani
Umayyah dianggap oleh umat Islam mengesampingkan ajaran Islam karena perilaku
para Khalifah tersebut lain sekali dengan perilaku Khulafa ar-Rasyidin yang
empat. Mereka dianggap tidak berhak untuk menjadi khalifah karena sangat
kejamnya. Karena kekuasaannya sangat besar, umat Islam tidak dapat berbuat
apa-apa. Muncul persoalan "bolehkah umat Islam diam saja dan wajib taat
kepada Khalifah yang bertindak kejam clan berdosa?" Kemudian, kaum
Murji'ah menjawab bahwa seorang Muslim boleh saja bersalat di belakang imam
yang baik ataupun imam yang tidak baik (jahat).
Qadariyyah
Mazhab ini dipelopori oleh Ma'bad A1 Juhani Al-Basri,
di Irak dalam pemerintahan Khalifah Abdul Malk bin Marwan (685 - 705).
Munculnya mazhab ini dianggap juga sebagai sarana
untuk menentang politik Bani Umayyah yang kejam. Mazhab ini dengan cepat
mendapatkan penganut yang banyak, sehingga Khalifah mengambil tindakan yang
keras, dengan alasan apabila tidak ditindak maka akan sangat berbahaya bagi
kepercayaan umat Islam waktu itu. Banyak yang dihukum mati, dan akhirnya mazhab
tersebut tidak terlihat lagi.
Jabariyyah
Mazhab ini
muncul bersamaan dengan munculnya mazhab Qadariyyah. Jabariyyah ini munculnya di Khurasah, Persia. Pelopornya, AI-Jahm bin
Safwan.
Pendapatnya yang terkenal adalah "hanya
Allah-lah yang menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusia".
Mu'tazilah
Mazhab ini muncul pada masa Bani Umayah (Khalifah
Hisyam): Mu'tazilah berarti pemisahan diri, dari Hasan Al-Basri oleh Wasil bin
Ata yang dianggap sebagai pendirinya. Pemisahan diri dari gurunya itu bermula
dari perbedaan pendapat. Wasil bin Ata berpendapat bahwa seorang Muslim yang
berdosa besar tidak mukmin dan tidak kafir, tetapi di antara keduanya. Karena
berbeda pendapat dengan gurunya itu, ia kemudian mengasingkan diri dan
melanjutkan teoriteorinya secara filsafati. Menurutnya, agama itu berakar pada
dua pokok, yaitu Alquran dan akal manusia. Bagi mereka, akal merupakan sumber
pengetahuan.
Keberadaan Mu'tazilah penting artinya karena apabila
Mu'tazilah tidak lahir, tidak akan lahir pula Ilmu Kalam dan Filsafat Islam.
Orientasi ajaran Mu'tazilah adalah dalam menetapkan hukum pemakaian akal pikir
didahulukan. Kemudian baru diselaraskan dengan Alquran dan Alhadis. Menurut
mereka, Alquran dan al-Hadis tidak mungkin bertentangan dengan akal pikir.
Terdapat sebuah penilaian bahwa Mu'tazilah merupakan
suatu kegiatan besar untuk memasukkan Islam ke dalam orbit internasional.
Sampai kini mazhab Mu'tazilah memungkinkan dapat memberikan inspirasi dan
keberanian berpikir. Dr. Ahmad Amin mengatakan hal berikut ini.
"Menurut hemat kami penghancuran Mu'tazilah
merupakan malapetaka terbesar yang pernah dialami ummat Islam,
itulah suatu maksiat yang dilakukan oleh Islam
melawan Islam sendiri.
Dalam periode filsafat Islam, apabila dilihat dari
sejarah peradaban manusia, periode filsafat Islam ini dianggap sebagai
lanjutan dari periode filsafat Yunani Klasik (Plato, Aristoteles), dan Plotinus
karena pendapat-pendapat para filosof Islam, seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd.
Berikut ini pembagian aliran pemikiran filsafat Islam
yang berdasar pada hubungannya dengan sistem pemikiran Yunani (ada empat),
yaitu periode Mu'tazilah, periode Filsafat Pertama, periode Kalam Asy'ari,
periode Kedua.
a. Periode Mu'tazilah
Telah diterangkan di muka, bahwa Mu'tazilah merupakan
mazhab atau aliran di Bagdad dan Basrah. Keberadaan Mu'tazilah ini sangat
penting artinya dalam pemikiran filsafat Islam. Karena terlihat orientasi
pemikirannya dalam menetapkan hukum, pemakaian akal pikir didahulukan,
kemudian baru diselaraskan dengan Alquran dan Alhadis. Menurut mereka, Alquran
clan Alhadis tidak mungkin bertentangan dengan akal pikir.
Periode Filsafat Pertama
Terdapat dua bagian dalam periode filsafat pertama,
yaitu pertama, bercorak Neoplatonic yang berkembang di
Irak, Iran, dan Turkestan; kedua bercorak peripatetis yang berkembang di
Spanyol dan Magrib (Maroko).
Sebagai upaya
pendahuluannya adalah diadakan pengumpulan naskah-naskah filsafat Yunani,
kemudian diterjemahkan. Hampir seluruh karya Plato dan Aristoteles dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (abad ke-9). Orang yang banyak menerjemahkan
adalah Al-Kindi clan Ibnu Sina.
AI-Kindi (800-870), dialah satu-satunya orang Arab
ash yang menjadi filsuf (ahli pikir). la berhasil menerjemahkan kurang lebih
260 buah buku Yunani, juga berhasil mengarang lebih dari 200 buah buku atau
risalah. Orientasi pemikirannya adalah Mu'tazilah. Ketika aliran Mu'tazilah
dilarang, sebagian bukunya hilang. Corak pemikirannya mengacu pada sistem
Yunani yang bebas, diselingi dengan pemikirannya sendiri dan mengecam pemikiran
yang tidak sesuai dengan ketauhidan.
Menurutnya, kegiatan manusia yang paling tinggi
adalah filsafat yang merupakan pengetahuan yang benar, tentang hakikat segala
yang ada sejauh mungkin bagi manusia.
Ibnu Sina (980-1037), dalam umur 18 tahun ia telah
menjadi ahli dalam bidang filsafat, astronomi, fikih, matematika, biologi, ilmu
bahasa dan lain-lainnya. Karya ilmiahnya berjumlah 267 buah buku dari berbagai
bidang ilmu pengetahuan. la dianggap
sebagai filosof yang hebat dalam sejarah Islam karena ia telah berhasil membuat
sintesis filsafat yang lebih luas. Tahun 1150 banyak kayanya yang dibakar di Bagdad. la mendapatkan kritik yang tajam dari Al-Gazali.
Thomas Aquinas (filsuf Kristen) memujinya sebagai ahli pikir besar, dan Thomas
sendiri banyak mengutip dari karyanya.
c. Periode Kalam Asy'ari
Timbulnya aliran ini dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor, yaitu: perlunya mempertahankan kemurnian tauhid, dari keragaman
sistem pemikiran dalam Islam;
- untuk menangkis hal-hal yang melemahkan tauhid dari
serangan
luar;
terdapat gerakan yang membahayakan ketauhidan,
misalnya
Al-Hallaj (858-922).
FILSAFAT MODERN
Tidak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah
dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman
pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang ditandai dengan
munculnya gerakan Renaissance.' Renaissance berarti kelahiran kembali, yang
mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan
abad ke-14). Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup
Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain
itu, juga dimaksudkan untuk mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Di samping itu, para humanis bermaksud meningkatkan
suatu perkembangan yang harmonis dari keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah
manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik.
'Renaissance
(kelahiran kembali) adalah istilah yang sering digunakan untuk menamakan
gelombang-gelombang kebudayaan dan pemikiran di Eropa yang dimulai dari Italia
(abad ke-14) dan kemudian meluas ke Prancis, Spanyol, Jerman, Belanda, Inggris
dan ke negara-negara Eropa lainnya. Tokoh-tokoh pentingnya antara lain Leonardo
Da Vinci, Michelangelo, dan Machiavelli.
Renaissance akan banyak memberikan segala aspek
realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala hal yang konkret dalam
lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan sejarah. Pada masa itu
pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Akal
diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu keyakinan bahwa akal
pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang diperlukan juga
pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap kepercayaan
yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.
Asumsi yang digunakan, semakin besar kekuasaan akal
akan dapat diharapkan lahir "dunia baru" yang penghuninya (manusiamanusianya)
dapat merasa puas atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.
Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat
modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual clan yang
konkret.'
Bermula dari William Ockham (1295-1349), yang
mengetengahkan Via Moderna (jalan modern) dan Via Antiqua (jalan
kuno). Akibatnya, manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan
pikirannya kepada Tuhan dan surga. Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu
pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu yang mengagumkan.3 Di sisi
lain, nilai filsafat merosot karena dianggap ketinggalan zaman.
Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan
dengan era filsafat abad ke-20, muncullah berbagai aliran pemikiran: Rasio
'Poedjawijatna, op. cit., hlm. 106.
3Munculnya Renaissance telah membawa hidupnya
kembali ilmu pengetahuan, dan banyak perubahan sosial dan kultural, inilah oleh
para sejarawan dianggapnya sebagai awal zaman modern. Terdapat dua perkembangan
yang penting: (1) penjelajahanpenjelajahan geografis, dimulai dengan
perjalanan Columbus
(1492), Magellan (1519); dan (2) pemberontakan kaum Protestan melawan gereja
Roma Katolik oleh tantangan Martin Luther terhadap wibawa Paus (1517). Lihat
Smith, op. cit., hlm. 112.
Bab Lima: Filsafat Modern 115
nalisme, Empirisme, Kritisisme, Idealisme,
Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme,
Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
A. Rasionalisme
Setelah pemikiran Renaissance sampai pada
penyempurnaannya, yaitu telah tercapainya kedewasaan pemikiran, maka terdapat
keseragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah dapat dipakai
manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Karena orang mempunyai
kecenderungan untuk membentuk aliran berdasarkan salah satu di antara keduanya,
maka kedua-duanya sama-sama membentuk aliran tersendiri yang saling
bertentangan.
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes
(1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat modern. la
ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran.
la menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa
bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri
sendiri menurut satu metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang
benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctively). Ilmu
pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena ilmu pasti dapat
dijadikan model cara mengenal secara dinamis.
Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme
berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya
pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang dituntut
oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran
dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.
Latar
belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari
segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata
tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang
ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh
khayalan-khayalan.
Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir,
maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan,
Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya, bertolak dari
keraguan untuk mendapatkan kepastian.'
B. Empirisme
Sebagai tokohnya adalah Thomas Hobbes, John Locke,
dan David Hume. Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya,
pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena
filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu
pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian beranggapan bahwa
pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indra
(empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut
lahir dengan nama empirisme.
Thomas
Hobbes
la seorang ahli pikir Inggris lahir di Malmesbury.
Pada usia 15 tahun ia pergi ke Oxford
untuk belajar logika Skolastik dan fisika, yang ternyata gagal, karena ia tidak
berminat sebab gurunya beraliran Aristotelian. Sumbangan yang besar sebagai
ahli pikir adalah suatu sistem materialistis yang besar, termasuk juga
perikehidupan organis clan rohaniah. Dalam bidang kenegaraan ia mengemukakan
teori Kontrak Sosial.
'Endang
Daruni.
Dalam tulisannya, ia telah menyusun suatu sistem
pemikiran yang berpangkal pada dasar-dasar empiris, di samping juga menerima
metode dalam ilmu alam yang matematis.
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu
ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang diperoleh
dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari
sebab-sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya
sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.
Namanya sangat terkenal karena teorinya tentang
Kontrak Sosial, yaitu manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan
diri. Apabila setiap orang mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan,
pertengkaran atau perang total tak dapat dihindari. Perang akan membuat
kehidupan menjadi sengsara dan buruk. Bagaimana manusia dapat menghindarinya.
Maka diperlukan akal sehat, agar setiap orang mau melepaskan haknya untuk
berbuat sekehendaknya sendiri. Untuk itu, mereka harus bersatu membuat
perjanjian untuk menaati/tunduk terhadap penguasa. Orang-orang yang dipersatukan
disebut Commonwealth.
John Locke
la dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di samping sebagai seorang
ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran
dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh
(bagaimana) manusia memakai kemampuannya.
Dalam penelitiannya
ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation adalah suatu yang
dapat berhubungan dengan dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan
meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang
memberikan pengetahuan kepada manusia,
yang sifatnya lebih baik daripada sensation. Tiaptiap pengetahuan yang
diperoleh manusia terdiri dari sensation clan reflection. Walaupun
demikian, manusia harus mendahulukan sensation. Mengapa demikian? Karena
jiwa manusia di saat dilahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa itu
kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulisi. Tidak ada sesuatu dalam jiwa
yang dibawa sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang membentuk jiwa
seseorang.5
C. Kritisisme
Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman baru di
mana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (Aufhlarung).
Zaman pencerahan ini muncul di mana manusia lahir dalam keadaan belum
dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, setelah Kant mengadakan
penyelidikan (kritik) terhadap peran pengetahuan akal. Setelah itu, manusia
terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demi
kemajuan/per
adaban manusia.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya
kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat clan sejarah) telah
mencapai hasil yang menggembirakan. Di sisi lain, jalannya filsafat
tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar
dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton (1642-1727) memberikan dasar-dasar
berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala
clan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan
analisis.
G. Materialisme
Munculnya Positivisme dan Evolusionisme menambah
terbukanya pintu pengingkaran terhadap aspek kerohanian. Julien de Lamettrie
(1709-1751) mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada
bedanya, karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan) tanpa
jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin
ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup)
walau beberapa saat saja.9
Seorang tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah Ludwig
Feueurbach (1804-1872) sebagai pengikut Hegel, mengemukakan pendapatnya,
bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia
yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-satunya asas kesusilaan adalah
keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dan untuk mencari kebahagiaan manusia
harus ingat akan sesamanya.
Dari Materialisme Historis/dialektis, yaitu Karl Marx
(18181883), nama lengkapnya Karl Heinrich Marx, dilahirkan di Trier, Prusia, Jerman.
Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai
gelar doktor dalam bidang filsafat. Di kala ia berkawan dengan Bruno Bauer ia
mendapatkan kekecewaan, tetapi setelah berkawan dengan Friedrich Engels di
Paris, maka dengan kawannya itulah ia (tahun 1848) menyusun Manifesto
Komunist. Setelah itu, ia menjadi buronan politik dan diusir dan dipenjara
di London,
sampai meninggal dunia. la meninggalkan
warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit tahun 1867.
Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan
untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu
'Pringgodigdo, (Ed.), op. cit., hlm. 42.
eEndang Daruni, et. al., op. cit., hlm. 62.
9Poedjawijatna,
op. cit., hlm. 135
ternyata ditentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala
hasil tindakannya: ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum, politik - semuanya
itu hanya endapan dari keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan
benar-benar dalam sejarah.'o
H. Neo-Kantianisme
Setelah Materialisme pengaruhnya merajalela, para
murid Kant mengadakan gerakan lagi. Banyak filosof Jerman yang tidak puas
terhadap Materialisme, Positivisme, dan Idealisme. Mereka ingin kembali ke
filsafat kritis, yang bebas dari spekulasi Idealisme dan bebas dari dogmatis
Positivisme dan Materialisme. Gerakan ini disebut Neo-kantianisme. Tokohnya
antara lain Wilhelm Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-1918), Paul
Natrop (1854-1924), Heinrich Reickhart (1863-1939).
Herman Cohen memberikan titik tolak pemikirannya
mengemukakan bahwa keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta.
Mengapa demikian, karena segala sesuatu itu baru dikatakan 'ada' apabila
terlebih dahulu dipikirkan. Artinya, 'ada' dan 'dipikirkan' adalah sama
sehingga apa yang dipikirkan akan melahirkan isi pikiran. Tuhan, menurut
pendapatnya, bukan sebagai person, tetapi sebagai cita-cita dari seluruh
perilaku manusia.
I. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya
guna. Pragma berasal dari kata Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran
yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya
sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat se
"Ibid., him. 137.
cara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi
tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat.
Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.
Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan
ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. la
ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat.
Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang
hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama. la beranggapan, bahwa masalah kebenaran
tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoretis. la menginginkan hasil-hasil yang
konkret. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep
haruslah diselidiki konsekuensikonsekuensi praktisnya.
Kaitannya dengan agama, apabila ide-ide agama dapat
memperkaya kehidupan, ide-ide tersebut benar.
J. Filsafat Hidup
Aliran filsafat ini lahir akibat dari reaksi dengan
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan industrialisasi
semakin pesat. Hal ini mempengaruhi pola pemikiran manusia. Peranan akal pikir
hanya digunakan untuk menganalisis sampai menyusun suatu sintesis baru. Bahkan
alam semesta atau manusia dianggap sebagai mesin, yang tersusun dari beberapa
komponen, dan bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya.
Tokohnya adalah Henry Bergson (1859-1941). Pada
mulanya ia belajar matematika dan fisika. Karena ia mempunyai kepandaian
menganalisis, muncul masalah baru dalam pikirannya.
la dihadapkan pada masalah metafisika yang tidak tampak dan
tempatnya di belakang ilmu pengetahuan. Itulah yang menyebabkan ia terjun ke
dalam
bidang
filsafat.
Pemikirannya, alam semesta ini merupakan suatu
organisme yang kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi
logis. Perkembangannya seperti meletup-letup dalam keadaan tidak sama sehingga
melahirkan akibat-akibat dengan spektrum yang baru. Hanya ada beberapa yang
berhasil dapat membentuk suatu organisme kreatif yang sesuai dengan hukum alam.
Salah satunya adalah manusia dengan intelektualnya dan mengapa manusia dapat
lolos dari seleksi alam. Dalam eksistensinya, manusia mempunyai
daya hidup (clan vital). Dengan adanya elan
vital tersebut diharapkan manusia akan mampu melahirkan segala tindakannya.
Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi
dari Positivisme, :Vlaterialisme, Subjektivisme, dan Relativisme. Kemudian ia
mengupayakan, dengan melalui yang positif (ilmu) tersebut untuk menyalami yang
mutlak dalam pengetahuan metafisis. la
mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan kehendak."
John Dewey (1859-1952)
la lahir di Brulington, dan sekaligus menjadi guru
filsafat. Pemikirannya, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan dalam
tindakan hidup manusia. Untuk itu, filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran
metafisika yang tidak ada manfaatnya. Dengan demikian, filsafat harus
berasaskan pada pengalaman, kemudian mengadakan penyelidikan dan mengolahnya
secara kritis sehingga filsafat akan mampu memberikan suatu sistem norma-norma
dan nilai-nilai.
K. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang
artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semua. Kebalikannya
kenyataan
"ibid., him. 148.
juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang
dapat diamati lewat indra. Misalnya, penyakit flu gejalanya batuk, pilek. Dalam
filsafat fenomenologi, arti di atas berbeda dengan yang dimaksud, yaitu bahwa
suatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indra, karena gejala juga dapat
dilihat secara batiniah, dan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Jadi, apa
yang kelihatan dalam dirinya sendiri seperti
apa adanya.
Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi
sebagai
sumber berpikir yang kritis. Pemikiran yang demikian
besar pengaruhnya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920 hingga tahun 1945
dalam bidang ilmu pengetahuan positif. Tokohnya: Edmund Husserl (1839-1939),
dan pengikutnya Max Scheler (1874-1928).
Edmund Husserl (1839-1939) lahir di Wina. la belajar
ilmu alam, ilmu falak, matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru
besar di Halle, Gottingen,
Freiburg.
Pemikirannya, bahwa objek/benda harus diberi
kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenomenologis yang
didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah untuk melihat hakikat
gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metode deduktif artinya mengkhayalkan
gejala-gejala dalam berbagai macam yang berbeda. Sehingga akan terlihat batas invariable
dalam situasi yang berbedabeda. Sehingga akan muncul unsur yang tidak
berubah-ubah yaitu hakikat. Inilah yang dicarinya dalam metode variasi eidetis.
L. Eksistensialisme
Kata
eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, clan sistensi atau
sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam
keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya
ditentukan oleh akunya. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya,
sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus
berbuat menjadikan-merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang konkret.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang
memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana
manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1813-1855),
Martin Heidegger, J.P Sartre, Karl Jaspers, Gabriel:Vlarcel.
Pemikiran Soren Kierkegaard mengemukakan bahwa
kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi berada dalam
eksistensi yang individu, yang konkret. Karena, eksistensi manusia penuh
dengan dosa, hanya iman kepada Kristus sajalah yang dapat mengatasi perasaan
bersalah karena dosa.
M. Neo
Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, di tengah-tengah gereja
Katolik banyak penganut paham Thomisme, yaitu aliran yang mengikuti Paham
Thomas Aquinas. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat semacam keharusan
untuk mempelajari ajaran tersebut. Kemudian, akhirnya menjadi suatu paham
Thomisme, yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas sudah
sempurna. Tugas kita adalah memberikan tafsir sesuai dengan keadaan zaman. Kedua,
paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas telah sempurna, tetapi
masih terdapat hal-hal yang pada suatu saat belum dibahas. Oleh karena itu,
sekarang perlu diadakan penyesuaian sehubungan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Ketiga, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus
diikuti, akan tetapi tidak boleh beranggapan bahwa ajarannya betul-betul
sempurna.
FILSAFAT DEWASA INI
Sekarang ini terdapat dua aliran pemikiran filsafat
yang mempunyai pengaruh besar, tetapi aliran-aliran ini belum dapat dikatakan
sebagai aliran yang membuat sejarah. Hal ini terjadi karena aliranaliran ini
masih dianggap baru. Kedua aliran tersebut adalah Filsafat
Analitis dan Strukturalis.
A. Filsafat Analitis
Tokoh aliran ini adalah Ludwig Josef Johan
Wittgenstein (18891951), yang lahir di
Wina, Austria.
Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang memerlukan studi dasar
matematika yang mendalam. Ia belajar kepada Schopenhauer dan Gottlieb Frege. Setelah
menjadi ahli matematika ia mendalami filsafat matematika dan logika. Karyanya
ditulis di penjara, ketika ia menjadi tentara dalam Perang Dunia II dan
ditahan. Setelah keluar dari penjara, ia menjadi guru sekolah dasar, kemudian
menjadi tukang kebun di sebuah biara.
Sumbangannya
yang terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang pentingnya bahasa. la mencita-citakan suatu bahasa yang
ideal, yang lengkap, formal dan dapat memberikan kemungkinan bagi penyelesaian
masalah-masalah kefilsafatan.'
Filsafat Analitis ini berpengaruh di Inggris dan
Amerika sejak tahun 1950. Filsafat ini membahas analisis bahasa dan analisis
konsep-konsep.z
B. Strukturalisme
Tokoh strukturalisme adalah J. Lacan yang lahir di Paris pada tahun 1901. Menurut
pemikirannya, bahasa terdiri dari sejumlah termin yang ditentukan oleh
posisi-posisinya satu terhadap yang lain. Termin tersebut digabungkan dengan
aturan gramatika dan sintaksis. Bahasa membuka suatu lapangan posisi-posisi
yang disistematisasikan dengan aturan-aturan. Menurut pendapatnya, kita baru
menjadi pribadi apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa.
Kalau orang tidak lagi mengabdikan diri pada aturan
tersebut, ia tidak lagi bersifat pribadi (misalnya seorang gila yang bicara
dengan Neo-Logisme).3
Filsafat Dewasa ini juga disebut Filsafat Barat Abad
ke-20. Ciri perkembangan filsafat Barat abad kedua puluh ini adalah desentralisasi
manusia. Subjek manusia tidak lagi dianggap sebagai pusat kenyataan.
Desentralisasi manusia adalah perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek
kenyataan kita sehingga pemikiran filsafat sekarang ini disebut logosentris.1
'Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1980), hlm. 44
3Brouwer, et. al., op. cit., hlm. 222.
4 Logosentris berasal dari kata logos yang
berarti bahasa, teks, isi pemikiran, kata, atau pembicaraan. Banyak filosof
melihat bahasa sebagai objek terpenting pemikirannya, dan para filosof
menganggap filsafat sebagai teks yang harus ditafsirkan. Lihat Harry Hamersma, Tokoh-tokoh
Filsafat Barat Modern, Qakarta: Gramedia, 1986), hlm. 141.
AKTUALISASI FILSAFAT
Zaman sekarang merupakan zamannya berpikir
praktis-realistik, sehingga belajar filsafat dianggap hal yang tidak berguna
dan membuangbuang waktu. Sekarang, belajar filsafat telah sampai pada
paradigma baru. Belajar filsafat tidak hanya menghafal pemikiran-pemikiran para
tokoh filsafat/filsuf, akan tetapi belajar filsafat dimaksudkan untuk membangun
kesadaran, semangat, dan kepedulian agar hidup kita lebih bcrmakna. Yang
penting dalam belajar filsafat adalah aktualisasinya.
Dalam Bab I dikemukakan tentang kegunaan mempelajari
filsafat, antara lain: menambah wawasan keilmuan, menggugah kesadaran dan
kepedulian, dan strategi menghadapi tantangan zaman mendatang.
Kegunaan di atas masih memperlihatkan hal-hal yang
sifatnya
teoretik, artinya kegunaan filsafat belum dapat
dimanfaatkan dan dirasakan secara langsung. Ibarat seseorang akan membuat
sayur lodeh kebutuhan santannya harus menanam pohon kelapa dahulu dan untuk
berbuahnya menunggu lima
tahunan.
Demikian juga, agar para mahasiswa dapat memanfaatkan
sekaligus merasakan kegunaan filsafat, maka harus menunggu beberapa tahun
bahkan belasan tahun. Karena, pemanfaatan filsafat ini kadang masih terkait
dengan kematangan berpikir, kematangan usia, dan pengalaman
akademiknya.
Paradigma baru belajar filsafat saat ini, ilmu
filsafat tidak hanya sekadar mempelajari berbagai pemikiran para filsuf,
seperti: Plato, Aristoteles, Rene Descartes, Al-Ghazali, hingga Ranggawarsita Pujangga
Jawa, tetapi ilmu filsafat memiliki kemampuan untuk membangun kehidupan yang
lebih sejahtera, damai, dan selamat dunia akhirat.
Untuk itu, kami berusaha memberikan terobosan baru
khususnya kepada mahasiswa bagaimana cara mengaktualisasikan ilmu filsafat
dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai harapan hidup.
A. Aktualisasi Filsafat Sebelum Ilmu
Dalam masyarakat hingga saat ini masih menganggap
ilmu filsafat adalah ilmu 'ngawang-ngawang' yaitu ilmu yang sulit untuk
dimengerti atau ilmu yang membingungkan orang. Memang, setiap ilmu tentu
memiliki sisi negatif/sinisme. Seperti ilmu filsafat sisi negatifnya dengan
mempelajari filsafat akan mencetak pengangguran. Seperti ilmu ekonomi sisi
negatifnya dengan mempelajari ilmu ekonomi orang akan bersifat materialistik.
Sisi negatif ilmu agama dengan mempelajari ilmu agama orang akan terhindar dari
neraka. Sisi negatif ilmu kedokteran dengan mempelajari ilmu kedokteran
pikirannya akan buruk karena mendoakan orang lain sakit.
Sisi-sisi negatif pada setiap ilmu ini hendaknya
dibuang jauh-jauh, clan kita seharusnya lebih berpikir positif terhadap setiap
ilmu. Jadi, syarat agar orang dapat mengaktualisasikan ilmu filsafat
pertama-tama harus berpikiran positif.
Dengan berpikir positif pikiran kita akan berkembang
clan konstruktif dan edukatif. Dengan berpikir positif pikiran kita akan lebih
bersemangat dan realistik, yaitu bersemangat untuk meningkatkan kepedulian
terhadap sesama. Dengan berpikir positif kita akan lebih banyak melihat hal-hal
yang realistik dan pragmatik.
Bab Tujuh: Aktualisasi Filsafat 133
Sebagai ilmu, filsafat juga seperti ilmu-ilmu yang
lain seperti: antropologi, sosiologi, atau ilmu ekonomi. Akan tetapi, kelebihan
ilmu filsafat adalah memiliki objek formal dan material lebih luas, dan setiap
ilmu memuat unsur filsafat. Misalnya, sosiologi memiliki filsafat sosial, ilmu
hukum memiliki filsafat hukum, ilmu kedokteran memiliki filsafat kedokteran,
ilmu agama memiliki filsafat agama, dan sebagainya. Sehingga, setiap ilmu
tentu memiliki bidang yang sulit untuk ditembus oleh ilmu tersebut, maka untuk
menembusnya hanya dengan ilmu filsafat.
Bagi orang yang belajar ilmu filsafat hendaknya dapat
`berdialog' dengan ilmu lain. Artinya, mempelajari ilmu filsafat tidaklah cukup
dan untuk berdialog dengan ilmu lain, maka orang harus mempelajari (misalnya)
ilmu kependudukan/demografi. Sehingga, orang tersebut pikirannya tidak selalu
`ngawang-ngawang' dalam filsafat, tetapi pikiran orang tersebut diperkenalkan
dengan pikiran yang realistik/praktis. Karena, dalam ilmu kependudukan
diajarkan tentang migrasi/pcrpindahan penduduk, program keluarga berencana,
kelahiran, kematian, kualitas sumber daya manusia, mengatasi pengangguran
semakin banyak.
Jadi, ilmu filsafat harus berdialog dengan ilmu-ilmu
lain, karena ilmu-ilmu (selain filsafat) dapat dipakai untuk membantu dalam
kerangka berpikir kita.
B. Aktualisasi Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Dalam Bab I dikemukakan bahwa berpikir secara
filsafat salah satunya: sinoptif, yaitu berpikir secara menyeluruh dan
bersama-sama. Artinya, berpikir menyeluruh sama dengan berpikir secara
komprehensif.
Misalnya,
apabila kita menghadapi masalah seperti "kenakalan anak". Kenakalan
anak akan terus menjadi masalah sepanjang masa khususnya para orang tua. Untuk
menanggulangi kenakalan anak, maka masalah tersebut harus dilihat secara
filsafat, yaitu kenakalan anak harus dilihat dari semua aspek ilmu yang
terkait.
Misalnya, kenakalan anak dilihat dari sudut ilmu
agama, ilmu ekonomi, ilmu jiwa/psikologi, sosiologi, dan lain-lain. Menurut ilmu
ekonomi, kenakalan anak disebabkan oleh faktor ekonomi, biasanya kenakalan
berasal dari anak-anak yang tingkat ekonominya rendah. Jarang kita temui
anak-anak dari orang kaya yang nakal, mungkin pola kenakalannya berbeda.
Menurut ilmu agama, kenakalan anak lebih disebabkan
karena faktor keberagamaan kurang, antara kehidupan lahir dan batin tidak
seimbang, sehingga tidak mampu membedakan antara teman yang baik dan buruk
kemudian terpengaruh lingkungan buruk.
Menurut ilmu jiwa, kenakalan anak dianggapnya 'lumrah'
asal tidak merusak (destruktif), karena anak yang nakal (konstruktif) sebetulnya
anak yang semangat, kreatif dan energik, dan sebagainya. Jadi, cara berpikir
filsafat itu adalah berpikir kritis, analisis, dan dilihat dari berbagai aspek.
Begitu juga kenakalan orang tua juga harus dilihat dari berbagai aspek.
Kenakalan orang tua seperti: perselingkuhan, korupsi, emosional, dan lain-lain.
Bagaimana cara filsafat menghadapi hal-hal yang
mistis dan gaib. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering dihadapkan pada
hal-hal yang mistis, gaib, atau di luar jangkauan akal, maka dalam filsafat pun
dikenal dengan metafisika. Bagi orang yang mempelajari metafisika, menghadapi
hal-hal yang mistis dan gaib tidak masalah. Sebab, dalam dunia mistis dan gaib
memiliki ruang clan penalaran tersendiri.
Berpikir secara filsafat tidak hanya berpikir secara
komprehensif, rasional, konsepsional saja, tetapi inter disipliner. Di era
global saat ini pemikiran dituntut untuk lebih luas dan satu sama lain saling
terkait. Misal, keadaan pasar modal di New
York akan berpengaruh (positif/
negatif) pada pasar modal seluruh dunia. Penegakan
hukum Indonesia
akan memengaruhi investasi asing di Indonesia.
Berpikir secara inter disipliner adalah berpikir
dengan menggunakan ilmu-ilmu terkait yang dapat mendukung solusi suatu permasalahan.
Misalnya, untuk membangun anak berkualitas diperlukan pandangan dari berbagai
ilmu, seperti: ilmu pendidikan, ilmu agama, ilmu gizi, ilmu sosial, dan
lain-lain.
Ilmu pendidikan diperlukan untuk mengarahkan dan
membimbing anak dalam mencerdaskan intelektualnya/IQ. Ilmu agama diperlukan
untuk membangun anak dalam mencerdaskan emosi/EQ. Ilmu gizi diperlukan untuk
membangun anak agar memiliki kemampuan berpikir lebih (IQ tinggi) yaitu dengan
memberikan asupan makanan sesuai kualitas dan kuantitas gizi yang diperlukan.
Ilmu sosial diperlukan untuk memberikan lingkungan sosial yang edukatif, karena
memilih lingkungan sosial harus selektif dan mendidik/edukatif.
Jadi, aktualisasi filsafat sebagai cara bcrpikir
adalah kemampuan berpikir sendiri, mampu melihat mana yang negatif dan yang
positif, dan mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk.
C. Aktualisasi Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Perlu diketahui bahwa filsafat (dalam artian)
pandangan hidup banyak sekali ragamnya. Berawal dari pembagian filsafat secara
garis besar terdapat dua kutub filsafat besar: filsafat barat dan filsafat
timur. Filsafat barat meliputi: filsafat Yunani, filsafat abad pertengahan,
filsafat modern (pragmatisme, materialisme, eksistensialisme, humanisme,
ateisme, liberalisme, dan lain-lain).
Filsafat
timur meliputi: filsafat Cina/Tiongkok, filsafat Jepang, filsafat India,
filsafat Islam, filsafat Indonesia/Nusantara (filsafat Jawa, filsafat Sunda,
filsafat Minangkabau, filsafat Dayak, filsafat Bugis, filsafat Madura, filsafat
Aceh, dan lain-lain).
Di samping itu, sekarang banyak aliran pemikiran dari
luar maupun dalam negeri yang muncul justru meresahkan masyarakat, seperti
mengaku nabi utusan Tuhan, mengaku mendapat wangsit dari malaikat, mengaku
sebagai murid Nyi Roro Kidul, dan lain-lain.
Dari berbagai ragam filsafat atau ideologi atau
doktrin ini ada yang cocok dan tidak cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Karena, paham filsafat yang berasal dari luar (asing) yang tidak cocok dengan
kepribadian bangsa Indonesia
justru akan berpengaruh negatif dan bisa merusak kepribadian bangsa Indonesia.
Sehingga, untuk menghadapi berbagai ragam paham filsafat tersebut harus tetap
kritis, mencari asalusulnya (epistemologi), bagaimana paham tersebut diajarkan
apakah sesat atau menguntungkan (metodologi), bagaimana riwayat pembawa paham
tersebut, apakah paham tersebut bertentangan dengan akidah agama atau
menyuburkan keimanan (aksiologi), dan lain-lain.
Jadi, dalam menghadapi berbagai ragam paham filsafat/pemikiran
hendaknya kira harus kritis, jeli, dan memiliki pendirian/tidak mudah
terprovokasi, mampu mengadakan penilaian apakah pemikiran tersebut baik atau
tidak, apakah pemikiran tersebut menguntungkan dan memberikan makna lebih dalam
kehidupan kita atau tidak. :Vlaka, dalam mempelajari filsafat jangan lupa
mempelajari filsafat nilai.
D. Aktualisasi Filsafat Sebagai Pemikiran yang
Reflektif
Berpikir reflektif berarti berpikir yang dipantulkan
kepada dirinya sendiri. Berfilsafat berarti refleksi terhadap dirinya sendiri.
Berfilsafat pada hakikatnya adalah menonton dirinya sendiri ketika dirinya
sedang berada di atas panggung. Semua ragam pemikiran filsafat tentunya dapat
direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir reflektif mendorong kita akan mampu berpikir
ke arah pemikiran yang lebih berkualitas (quality thinking) dan
pemikiran ke masa depan. Misalnya, pemikiran filsafat yang reflektif
tidak hanya sebatas pada memperbaiki kualitas diri sendiri, akan tetapi juga
bagaimana memperbaiki kualitas generasi mendatang (anak-anak kita), sehingga
kita akan terhindar dari degradasi keturunan.
Di zaman sekarang (era global) membuat/melahirkan
anak mudah, akan tetapi membuat agar anak-anak kita lebih berkualitas dari
diri kita, maka diperlukan berbagai pemikiran (inter disipliner). Hal
ini sejalan dengan keberadaan konsep-konsep pemikiran filsafat tentang: manusia
unggul menurut pemikiran barat, menurut pemikiran Indonesia, menurut pemikiran Jawa,
dan lain-lain.
Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran barat
yang dikemukakan oleh Nietzsche yaitu pemikirannya tentang manusia pemberani,
superman, manusia cerdas, manusia yang tidak pcrnah bersalah, manusia berkuasa.
Manusia unggul menurut pemikiran Jepang adalah manusia yang memiliki jiwa `samurai'
yaitu semangat tidak pernah kenal lelah, pantang menyerah, tahan menderita
yang dilambangkan dengan semangat ksatria (boshido).
Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran
Indonesia yang tertuang dalam GBHN 1999 dikemukakan bahwa manusia Indonesia
adalah manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas,
berkepribadian, bersemangat, rajin bekerja, dan lain-lain.
Manusia
unggul (berkualitas) menurut pemikiran Islam yaitu `insan kamil', Insan
kamil adalah manusia yang telah mencapai derajat `muttaqiin' yaitu
manusia yang benar-benar aktivitas hidupnya hanya untuk mencari keridhaan
Allah.
Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran Jawa
yaitu `manungsa utomo' (manusia utama). Manusia utama adalah manusia
yang dapat memenuhi hakikat kodratnya sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
clan makhluk Tuhan. Manusia utama adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk:
memayu hayuning seliro (berperilaku baik menjaga dirinya dari perbuatan
nista), memayu hayuning bebrayan/ sesami (berperilaku baik terhadap
sesama), memayu hayuning bawono (berperilaku untuk kepentingan
bangsa/negara).
Dari berbagai
konsep manusia berkualitas (unggul) tersebut kita akan dapat memperoleh
inspirasi bahwa melahirkan clan membangun anak berkualitas di era global ini
sangat penting. Karena, di era globalisasi saat ini diperlukan anak-anak yang
memiliki kemampuan daya saing tinggi.
Langganan:
Postingan (Atom)